Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Cita-cita dan Harapan Polos Dua Bocah

26 Agustus 2021   23:43 Diperbarui: 26 Agustus 2021   23:45 115 13

Selalu ada cerita di balik sebuah postingan, termasuk postingan ini ya. Ceritanya begini, setelah membaca event yang diadakan @Ladiesiana, malam tadi (setelah membacakan cerita bersama ketiga anak), saya iseng bertanya tentang cita-cita dan harapan mereka untuk Indonesia.

Saya akhirnya ketawa mendengar jawaban mereka. Mereka pun tertawa dengan jawaban satu sama lain. Jangan tanya jawaban si bungsu ya karena dia baru berusia 3 tahun. Kedua saudaranya yang kelas 3 dan 1 SD saja belum begitu mengerti maksud pertanyaan saya.

Saya: "Mas, Mbak, Ummi mau nanya sebentar nih. Apa sih cita-cita Mbak dan Mas?"

Mbak: "Mbak ingin seperti Ummi."

Saya: "Maksudnya, Mbak?"

Mbak: "Guru. Mbak mau mengajar kayak Ummi, yang disukai oleh siswa Ummi, juga bisa masak, dan semuanya."

Saya hanya bisa tersenyum dengan jawaban Mbak.

Saya: "Terus harapan Mbak untuk Indonesia setelah jadi guru apa?"

Mbak: "Merdeka."
Mas: "Jalan-jalan."

Tuh, kan ... jawabannya kacau. Saya nyengir, lalu si Mas nyeletuk.

Mas: "Dih, Ummi kok ketawa. Ya, maksud Mas itu, Indonesia nggak lagi ada covid. Terus, kalau nggak ada lagi, kita kan bisa jalan-jalan."

Kita fokus ke pernyataan Mbak tadi ya. Di dalam hati saya membenarkan pernyataannya itu. Pikiran saya terusik pada pernyataan si Mbak.

Saya: " Oh, gitu. Terus, katanya Mbak berharap Indonesia ini merdeka? Kan kita sudah merdeka, Mbak."

Aku malah bingung dengan jawaban si Mbak.

Mbak: "Maksudnya gini Ummi, Mbak ingin Indonesia itu merdeka, nggak ada lagi yang menjajah."

Saya: "Kan kita nggak lagi dijajah, Mbak."

Mbak: "Kita memang nggak dijajah lagi seperti di waktu Cut Nyak Dien ada, Ummi..."

Si Mbak menghentikan ucapannya. Saya jadi ingat beberapa minggu sebelum hari kemerdekaan RI ke-76, saya dan anak-anak sudah rampung membaca cerita tentang Cut Nyak Dien. Mbak masih teringat dengan cerita itu. Sepertinya cerita itu begitu membekas di hatinya.

Saya: "Lalu dijajah apa dong?"

Saya penasaran kembali dan menunggu jawabannya.

Mbak: "Kita dijajah virus covid, Ummi. Mbak harap virus ini segera hilang. Mbak pengen sekolah seperti dulu. Bu guru pasti sedih nggak bertemu dengan murid-muridnya. Bagaimana mau dicintai muridnya ya Ummi kalau nggak pernah bertemu?"

Makjeb, betul. Menjadi seorang guru memang cita-cita si Mbak. Namun, melihat kenyataan yang ada, peran serta guru belum begitu dirasa. Ya, menjadi seorang guru yang dicintai adalah cita-citanya. Dia berharap bisa menjadi guru yang mampu mengemban tugas dengan baik.

Itulah kepolosan anak-anak tentang harapan untuk Indonesia. Mereka belum bisa berpikir secara mendalam apa yang terjadi di negeri ini. Yang mereka tahu adalah bermain sehingga dari kedua anak saya, mereka sangat berharap bahwa covid yang sudah hampir dua tahun ini hilang.

Kita semua pun pasti memiliki harapan seperti mereka. Kita ingin Indonesia ini pulih kembali, kesehatan penduduk baik, tingkat ekonomi meningkat setiap tahunnya, dan kepribadian penduduknya menjadi panutan untuk bangsa lain.

Semoga apa yang menjadi harapan seluruh penduduk pada bangsa ini akan terwujud.  Harapan kecil dari anak-anak adalah doa tulus yang akan dikabulkan oleh Allah. Yakin, kita bisa untuk Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun