23 Desember 2024 08:00Diperbarui: 22 Desember 2024 21:42411
Seringkali kita mendengar dukungan atau kebencian terhadap kecerdasan buatan (Artificial intelligence), entah itu kecerdasan buatan yang sangat membantu manusia menyelesaikan masalah dalam waktu yang singkat atau penggunaan AI dalam dunia seni yang dianggap rendahan. Dua sisi tersebut menimbulkan perdebatan apakah manusia perlu berjalan bersama dengan AI atau meninggikan ego untuk tetap mandiri. Mereka yang menganggap bahwa AI adalah masa depan manusia berharap agar AI terus berkembang dan digunakan sebagai alat yang memudahkan pekerjaan sehari-hari. Di sisi lain, mereka yang ingin tetap mandiri menganggap bahwa AI terlalu andal dalam segalanya, baik dari segi kecepatan dan kemampuan analisis, sehingga takut bilamana AI pada masa depan akan menggantikan manusia. Sebenarnya, tidak ada yang perlu ditakutkan terkait kecerdasan buatan jika kita menyadari bahwa benda itu hanyalah alat. Kecerdasan buatan memang memiliki otak yang cemerlang, tetapi manusialah yang menciptakan dan mengendalikan otak tersebut.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.