Tiga hari yang lalu, tepatnya pada hari Minggu, 14 Juli 2024, guruku memenuhi Panggilan-Nya. Pagi hari sekitar jam 6 pagi, hp ku bunyi, ku kira dari teman ku karena memang pada hari itu kami ada janji untuk pergi bersama. Saat notifikasi berbunyi, ku buka handphone, aku terkejut, sekujur tubuhku lemas tak karuan. Ternyata dugaan ku salah, Handphone yang berbunyi itu bukan membawa kabar bahagia, melainkan membawa kabar Duka. Saat seorang temanku mengabari kami di grup WhatsApp bahwa guru kami telah wafat, Hati terus berkecamuk tak tau bagaimana rasanya. Bu Depi, guru yang sudah ku anggap seperti mamakku sendiri. Meski orangnya sedikit tegas, tapi setiap kata yang keluar dari lisannya, tak lain tak bukan hanya untuk kebaikan kami.
Guru yang selalu menyapa ku dengan kata "Anak gadisku", yang selalu tersenyum sambil menaikkan sedikit alisnya. Guru yang selalu membela dikala ada yang mengganggu. Disaat ketemu (terutama saat ingin pulang sekolah, dan salim tangan beliau ), Â Beliau selalu mengatakan "ini latihan untuk suaminya nanti ni" ( Krn mmg pasti setiap Salim selalu membolak-balik telapak tangan beliau). Buu... Kini semuanya terasa Sepi. Â Biasanya, setiap masuk sekolah seusai libur, beliau selalu menanyakan kabar sembari memeluk. Kini, setiap aku menuju ruang guru, tak ku dengar lagi suaranya, Tak ku lihat lagi senyumannya.
 Sekarang, sebisa mungkin menghindari ruang guru, agar tak selalu teringat dgn dirimu.  Istirahatlah dengan tenang, wahai guruku. Kami hanya tinggal menunggu giliran kami saja. Tak ku sangka, pertemuan dikala selesai ujian akhir semester genap itu adalah pertemuan terakhir kita. Saat engkau menuju Ruang Lab komputer, kemudian aku menyapamu sambil membuat gerakan sarangheo, dan engkau menoleh kebelakang dgn senyuman manismu. Wajah dan suaramu masih terbayang jelas dalam benak. Ternyata kehilangan benar-benar sesakit ini. Setiap pesan dan nasehatmu, akan ku ingat dan ku laksanakan sepanjang hidupku.
