Wah judul catatan ku bisa dimengerti ngga ya?, atau ada yang bisa menebak kisahnya?.
Ok deh, saya akan uraikan kisahnya agar pembaca dapat menangkap makna dari perlambangan diatas.
Kisahnya tadi pagi sewaktu hendak pergi kekantor. Seperti biasa saya berangkat dengan menggunakan angkutan umum bus antar kota (sebutannya Superbend). Karena rumah saya persis berada ditepi jalan raya, jadi saya hanya menunggu bus itu lewat tepatnya di depan halaman rumah saya. Antara halaman dengan jalan utama ada jalan tanah sekitar 1,5 meter, jalan itu bisa dipergunakan oleh pejalan kaki, kalau menurut aturannya pejalan kaki yang menuju kearah timurlah yang seyogianya menggunakan jalan itu. Namun tidak pada kenyataannya.
Jadi tadi pagi sewaktu saya keluar rumah (masih posisi mengunci pintu) lewat dua bus menuju kearah Pekanbaru, mungkin itu bus yang biasanya saya tumpangi, bus itu melaju dengan kencang sepertinya sedang berpacu saling mendahului dan saya ketinggalan bus langganan (ceritanya). Namun dengan langkah pasti saya berjalan menuju halaman depan (tepi jalan raya) sembari berdo'a semoga masih ada bus yang akan segera lewat karena jujur saya sangat takut kalau sampai telat (walau cuma 1 menit) karena itu akan berakibat fatal kerena saya akan dianggap tidak hadir dan mendapat pemotongan insentif (dua kali rugi deh).Meskipun tadi itu waktunya masih pagi sekitar pukul 6.40, namun saya sudah mulai diserang gelisah dan zikirlah yang menjadi peredamnya.
Karena rumah saya berada di kawasan sekolah dan kantor camat (posisi dari rumah sebelah kanan arah ke Barat), maka otomatis para siswa yang tinggalnya di bagian Timur akan melewati jalan didepan rumah saya setiap kali pergi atau pulang sekolah.
Menurut tertib berlalu lintasnya, pengguna jalan (khususnya pejalan kaki) mestinya berjalan disebelah kanan (searah dengan arah jalan kendaraan). Sedang pada prakteknya, jalan tanah yang didepan rumahku sering dipergunakan oleh pejalan kaki (kendaraan roda dua) secara melawan arus. Begitu pula tadi pagi, selama menunggu bus menuju pekanbaru (posisi arah timur dari rumahku), ada beberapa honda dan sepeda yang melewati saya, yaitu para orang tua yang mengantar sekolah anaknya, honda dan sepeda ini jalannya melawan arus dan mereka mempergunakan jalan tanah. Hingga lewatlah tiga orang siswi SMP mereka berjalan kaki juga dengan arah yang salah berjalan disebelah kiri, mereka jalan beriringan sehingga menghabiskan area jalan tanah bahkan salah satunya harus berjalan diatas jalan utama. Tak lama berselang lewat sebuah honda yang dikendarai seorang anak laki-laki (sepertinya masih seusia anak SMP/SMA) juga mempergunakan lajur kiri, kecepatannya cukup tinggi menuju kearah tiga siswi yang berjalan berjejer tadi, karena jalan tanahnya sudah terpakai semua sedangkan honda tadi juga ingin lewat disitu dengan kecepatan agak tinggi sehingga hampir saja dia menabrak salah satu siswi SMP tersebut untung saja dia segera mengerem, namun sewaktu memaksakan untuk melewati mereka (siswi SMP), lagi-lagi hampir hondanya kepleset karena jalan yang terlalu sempit. Melihat kejadian itu saya cukup kaget dan beristighfar sendiri.
Nah jika tadi itu sampai terjadi kecelakaan, bagai mana menilainya, coba??
Semuanya pada posisi yang salah.. Siswi SMP pejalan kaki tapi dari sebelah kiri, ini salah menurut aturannya (-). Terus yang mengendarai honda juga dari sebelah kiri, tetap salah juga (-). Kalau ditambah terjadi kecelakaan (-).. Semua jadinya salah.
Memang seringnya penyebab kecelakaan itu bermula dari kelalaian diri sendiri.
Tapi tadi pagi itu "untung" tidak terjadi insiden/kecelakaan.. Baru sekedar "hampir".
Kalau saya berharapnya semoga semuanya tertib dalam berlalu lintas, patuhi aturannya.
Setelah peristiwa itu tak lama berselang bus menuju Pekanbaru datang menghampiri dan kebetulan belum penuh, saya stop dan pak sopir menghentikan mobilnya sambil mempersilahkan saya naik. Perjalanan saya alhamdulillah lancar dan sampai ketempat kerja pada waktunya. Alhamdulillah.
Hujan dimalam minggu mengiri saya mengurai kisah ini.
Selamat beristirahat semua
Salam^_^