Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Si Hitam Avanza, Saksi Bisu Hidupku

4 Januari 2014   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 344 1

Ya, sebagai pekerja lepas, saya memang kesulitan untuk menjawab pertanyaan soal kantor. Karenanya, saya selalu menunjukkan si hitam Avanza sebagai kantorku. Karena didalamnya ada buku-buku, tas, sepatu, baju dan dokumen lain yang mendukung pekerjaanku. Pernah suatu ketika, saya dua jam berada di mobil sambil buka laptop, untuk menyelesaikan tulisan yang harus segera dikirim kepada teman di daerah.

Avanza warna hitam ini, adalah teman hidup kedua. Kalau kata istriku, istri mudanya aku.  Karena setelah melangkah dari rumah, yang setiap hari menemani diriku hingga larut malam adalah Avanza. Menemaniku mengikuti rapat-rapat yang sudak berpindah tempat, bertemu dengan calon klient. Berjuang untuk mendapatkan project, bertemu teman demi menyatukan ide agar muncul sebuah project yang bisa ditawarkan, atau bahkan bertemu teman hanya untuk ngopi ria dan ber-haha hihi haha hihi guna menghilangkan stress hehe.

Itulah Avanzaku, setia dan tidak rewel menemaniku berjuang dalam hidup ini, demi menghidupi keluarga kecilku dan orang tua juga mertua yang mash harus kutopang hidup mereka. Tidak rewel? Ya karena perawatannya sederhana saja, kalau sudah waktunya service sementara kantong tipis, cukup saya hanya mengganti oli dan filter oli saja. Baru lain waktu ketika sudah ada uangnya, masuk bengkel untuk tune up. Bahkan, kalau uang pun kosong di dompet dan mobil kotor, tinggal guyur sendiri aja pakai air yang ada hihi.

Kalau kemudian ditanya kenangan apa saja bersama Avanza? Wah mungkin saya bingung jawabnya, karena terlalu banyak kenangan bersama si ganteng hitam ini. Mulai dari kenangan kali pertama punya mobil, kali pertamanya menyetir jauh ke puncak, demi mengikuti acara family gathering alumni kampus di Cibodas, dua minggu setelah  mobil ini dibeli, pada awal Desember 2011.

Kawan yang berada di belakang, membaca tindakanku, langsung merapatkan mobilnya dibelakang agar plat belakang juga tidak terlihat jelas. Sambil kita memacu mobil dengan kecepatan sedang, hingga polisi pun tidak punya waktu banyak untuk perhatikan plat mobil saya.

Terus terang saat itu, saya hanya bawa copy stnk dan surat pengurusan perpanjangan STNK. Hingga akhirnya, ketika sudah lewat, kawan-kawan menelpon saya, “Mantap lolos, lewat tuh razia,” kata kawanku di ujung telepon sana. Pembicaraan itu pun berlanjut ketika kami istirahat di sebuah rumah makan. Dan pulangnya, kami pun konvoi belasan mobil ke Jakarta, dan saya bahagia melihat istri dan anak senang liburan kali pertama dengan mobil sendiri. Tentunya karena suami dan ayahnya, yang menyetir sendiri.

Kenangan  lain, adalah ketika lahiran anak keduaku. Istriku pernah berkata dalam hatinya ternyata, dia mau punya anak kedua kalau sudah punya mobil. Tentu menurutnya, agar tidak repot kalau harus bepergian.beda dengan anak satu, masih bisa pakai motor kemanapun.  Alhamdulillah, ternyata doanya terkabul, 6 Desember 2012, anak kedua pun lahir.

Avanzaku yang lagi-lagi menolongku. Saat itu, awal Desember 2012, mengantar istri periksa kehamilan dan USG untuk mengetahui perkiraan lahir. Dokter dan bidan saat itu mengatakan, masih 30 hari lagi. Mendengar itu, saya pun pamit untuk berangkat ke Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), kembali menjalan tugas project disana. Namun selang 5 hari kemudian, tiba-tiba istri mengabarkan kalau gerak janin melemah, tidak ada reaksi. Saya pun meminta dia memeriksakan diri ke bidang terdekat, ditemani adik iparnya. Hasilnya, istri diminta ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Saya pun terbang, dan langsung dijemput oleh kakak ipar dengan avanzaku. Sejurus kemudian, saya antar pulang kakak ipar, lalu hanya dengan istri dan anak pertamaku, langsung meluncur ke rumah sakit di Slipi untuk pemeriksaan. Hasilnya, posisi bayi sungsang, jantung bayi melemah, ketuban rembes, dan istri harus segera operasi cesar. Sementara umur janin baru mencapai 8 bulan.

Pukul 18.00 WIB, jelasng azan maghrib berkumandang, istri masuk ruang operasi. Saya hanya menggendong anak pertama menunggu di luar kamar operasi sambil berdoa, dan jantung berdegup kencang. Alhamdulillah akhirnya anak keduaku lahir, meski harus menunggu 5-10 menit untuk bersuara dan istri harus penjahitan karena pembuluh darahnya pecah.

Akhirnya, saya pun harus berpindah tidur dari kamar hotel di Minahasa ke kamar rumah sakit menemani istri yang baru melahirkan selama tiga hari. Sementara avanzaku, setia menunggu di parkiran, menjaga koper yang memuat pakaianku, yang tidak sempat kuturunkan di rumah. Akhirnya doa istriku terkabul, anak keduaku lahir, dan pulang ke rumah diantar Avanza kesayangan.

Satu lagi, Avanza kesayanganku ini, menjadi penopang kebutuhan trasportasi bagi keluarga besarku, terutama ibu. Satu waktu, ibuku meminta diantar menjenguk temannya yang sedang dirawat di RSCM di Salemba. Pukul 17.00 WIB saya pun berangkat berdua dengan ibu. Saat itu, dengan senang hati, ibu saya minta untuk duduk di tengah, duduk manis. “Lah kamu kaya supir kalau umi di tengah,” kata umi—panggilan untuk ibuku. Seraya diriku menjawab, “Siapa yang tidak senang kalau menjadi supir umi sendiri,”jawabku.

Setibanya di RSCM, bertemulah kedua teman yang juga saudara ini, sama-sama berusia di atas 60 tahun. Mendoakan kawan yang sedang sakit agar sembuh, dan terlihat ketika jam besuk sudah habis. Keduanya berlinangan air mata, sambil bicara. Sesama perempuan yang menjadi single parent sejak belasan tahun, menyaksikan peristiwa itu, membuatku terharu.

Pada akhirnya. Terlalu banyak kenangan untuk diceritakan dalam mobil Avanza kesayanganku. Membahagiakan keluarga inti, keluarga besar, saudara dan kawan-kawan, seperti saat membawa barang-barang sembako gratis yang akan dibagikan ke warga kurang mampu di sekitar Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Tabik!

http://www.toyota.astra.co.id/product/avanza/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun