Sebelum kita masuk kecerita sebenarnya ada baiknya saya perjelas dulu apa yang dimaksud dengan ngebontot yang saya maksud disini. Siapa tahu masih ada yang belum kenal dengan term ini, tapi bila sudah kenal bagus lah kalu begitu. Ngebontot yang saya maksud disini adalah membawa bekal makanan ketempat kita bekerja. Biasanya bekal makanan itu akan di persiapkan atau dibawa untuk jatah makan siang dari rumah. Hal ini dilakukan pada dasarnya karena rumah kita jauh dari tempat kita bekerja. Selain itu masih ada juga alasan lainya tapi kita bicarakan setelah ini saja.
Dua tahun yang lalu disaat saya pertama kali mendapatkan pekerjaan yang sampai kini aku tekuni, ada perasaan bangga dan senang terkubur dalam hati. Perasaan itu tetap dapat terkendali walaupun diakhir bulan jatah yang saya dapatkan tidak sesuai dengan apa yang saya kerjakan. Hal ini diakibatkan karena saya dijadikan lahan basah oleh oknum-oknum sesama karyawan yang senior tentunya. Ternyata selama beberapa bulan saya telah dipermainkan dan saya mengetahuinya lima bulan setelah saya bekerja. Ternyata perkiraan saya akan jatah bulanan yang seharusnya saya dapatkan tidak melenceng, tapi karena masih junior maka, saya tetap dianggap sebagai anak bawang dan bahan olok-olokan.
Akibat permainan para senior tapi itulah yang mengispirasikan saya untuk ngebontot ke kantor. Pikir punya pikir ternyata hanya sedikit yang tersisa di tangan bila saya tak membawa bekal dari rumah, dan kalau begini terus bisa melaratlah. Akhirnya semenjak itu saya niatkan dalam hati untuk tetap ngebontot dari rumah hingga saat ini. Memang awalnya juga si ibu sudah memaksakan aku untuk membawa bontot dengan alasan uangnya bisa ditabung dan kebersihan makanan yang dibelipun belum terjamin ke sehatanya. Awalnya saya menolak tapi karena dompet sudah mendesak juga akhirnya saya pun ikut haluan ibu juga.
Malu memang awalnya saya rasakan bisa di jam istirahat saya membuka kotak keamanan saya yang saya simpan dalam tas saya, sementara yang lain lengkap sekali dengan makan nasi kotak dan nasi padangnya. Rasa malu itu bertambah besar lagi saya rasakan karena status saya yang masih bujang. Kan biasanya kan bujang agak gengsi-gengsian, semua diusahan terlihat cool padahal dalamnya kere, dan saya juga termasuk didalamnya. Tapi karna sudak terdesak, terpaksa juga. Awalnya saya mengira teman-teman saya mengejek saya lewat candaan mereka yang selalu menyaluti saya perihal tindakanku tapi ternyata aku sudah berapriori terhadap mereka. Setelah beberapa bulan kemudian mereka malah mengikuti jejakku. Mereka membawa bekal dari rumah masing-masing dan kadang dihidangkan bersama-sama dikantor disaat jam makan siang sudah berbunyi. Tidak pandang bulu yang sudah menikah, lajang atau anak gadis sama-sama membawa alat perang perut dari rumah. Mereka berpendapat bahwa ada keuntungan tersendiri yang mereka rasakan, tapi saya tidak tau apakah rasa untung saya dan mereka rasakan itu sama.
Singkatnya, sampai sekarang walupun jatah bulanan sebenarnya sudah bisa menutupi biaya makan siang ku tapi saya tetap lebih senang membawa bekal ke kantor saya karna mungkin sudah terbiasa ditambah lagi masakan ibu yang setiap hari makin berasa dan enak, begitu pula dengan teman-teman sekantorku yang lain.
Tapi walaupun begitu saya tetap merasa malu untuk menceritakan hal ini pada orang lain (yang bukan sekantor saya) karena menurut saya agak kekmana gitu…hehe..biasalah masih agak ego..egoan..
Tapi pikir-pikir lagi, kalau kita malu-malu terus akan hal yang baik pada kita kapan kita majuanya..makanya saya dan teman teman saya tetap melakukanya karena banyak keuntungan yang kami dapatkan dengan cara mengimplementasikanya…
Bagaimana dengan anda??
Mau ikut juga!!!! Ya udah…
Salam makan siang,,