Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Mesir, Negeri Pusat Peradaban yang Bersimbah Darah

17 Agustus 2013   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:13 298 0

Pray for Egypt..

Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan RI ini, kini diambang kehancuran..  Masjid-masjid di Kairo dipenuhi  jenazah korban aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah/militer. Hari ini, 16 Agustus 2013, disaat kita menyambut perayaan kemerdekaan RI ke 68, warga Mesir menyebut  hari ini sebagai "hari kemarahan", karena lebih dari  600 orang meninggal dan ribuan lainnya terluka. Sehingga kekerasan ini seperti mengulang rezim  Mubarak.

Meski cuma sekilas berkunjung kesana, tapi rasanya dekat dengan negeri ini. Pertama mengenal Mesir melalui "Ayat-ayat Cinta (AC) " dan "Ketika Cinta Bertasbih (KCB)"  Novel-novel ini membuatku penasaran ingin ke Mesir. Akhirnya terwujud, Pertama, bersama sang novelis Habiburrahman pengarang novel tersebut, bahkan ikutan napak tilas ke Nasr City, tempat kos Fachri (tokoh AC) di Helwan, Lapangan Tahrir, masjid dan alun-alun Rabaa Al Adawiyah serta ke  Masjid dan Kampus Al Azhar. Kesempatan Kedua, saat pembuatan Film KCB, bahkan sempat ikutan di film meski jadi cuma jadi figuran. Lumayan.. hehe..

Mesir negeri yang indah dengan peninggalannya yang terkenal dari jaman Mesir kuno : piramid dan sphinx, bahkan teknologi pengawetan jenazah atau mumi sudah dimiliki Bangsa Mesir sejak dahulu kala. Penduduknya bangga menjadi pusat peradaban dunia.  Kalau orang Kairo ditanya tentang kotanya, mereka menjawab “Al Qohiroh Ummu Dunya”  (Kairo pusat peradaban dunia), padahal negeri ini masih dililit hutang dengan tingkat melek huruf  yang baru mencapai 72%. (Inayatullah Hasyim, Majalah Gatra Juli 2013). Mesir memiliki kisah yang dimuat di Al Quran, mengenai  Nabi Musa yang berhadapan dengan penguasa lalim saat itu, Firaun. Sehingga ketika berhadapan dengan orang Mesir, konon katanya ada 2 tipe manusia Mesir. Kalau yang baik, berati keturunan Nabi Musa, sebaliknya yang jahat keturunan Fir'aun. Tapi itu cuma anekdot, yang jelas ketika ke Mesir, tahun 2004 dan 2007 penguasa saat itu memang paranoid. Banyak tentara dan (mungkin ada) mata-mata yang berjaga-jaga.. khawatir ancaman yang dapat menggoyahkan  penguasa saat itu, Hosni Mubarak  goyah, sehingga mereka senantiasa waspada. Para pemuda disana juga dikenakan wajib militer yang turut difungsikan untuk keamanan negara, baik ancaman dalam negeri, maupun luar negeri.

Mesir memiliki wilayah yang cantik, yakni Alexandria, beradatanjungMediterania. Terdapat Benteng Citadel Qait Bay Fort yang merupakan bangunan  pertahanan, didirikan oleh Sultan Qaitbay Al Zahiry tahun 1468 – 1496 dan Istana Montaza yan merupakan istana Raja Farouk dengan Taman yang indah seluas 155 hektar. Raja Farouk merupakan keturunan terakhir Dinasti Muhammad Ali yang menjadi penguasa Mesir sejak abad ke-19. Bangunan dan peninggalan yang terdapat di Mesir menunjukkan sejarah peradaban Mesir dari jaman Mesir kuno, Romawitahun 331 BC melaluiAlexander The Great,hingga masuknyaIslam melalui Al Amru bin Ash yang mendirikan mesjid pertama di kawasan Fustat, ibu kota Mesir pertama.

Mesir kini porak poranda dan terancam hancur. Setelah  gelombang reformasi yang menumbangkan Presiden Husni Mubarak.  Mesir kini menghadapi krisris multidimensi.  Saya tidak bisa menulis apa penyebabnya (karena saya buka “ahli” Mesir). Namun berikut ini tulisan Inayatullah Hasyim yang saya kutip sebagian dari Majalah Gatra (25-31 Juli 2013) mudah-mudahan dapat memberi sedikit gambaran:

"Presiden terpilih dukungan Ihwanul Muslimin (IM), mendapatkan warisan jurang kemiskinan hasil  tigapuluh tahun berkuasanya Mubarak, sehingga Mesir membutuhkan pemimpin yang diterima semua kalangan masyarakat. Disetiap negara yang mengalami transisi demokrasi ongkosnya memang mahal. Transisi di Mesir mengalami utopia, Rakyat berharap perubahan dapat dilakukan dalam waktu semalaman, sehingga ketika Mesir mengalami krisis gas, minyak, gandum dan bahan pokok lainnya, Mursi dituding tidak becus mengelola negara. Lebih jauh, bagi aktivis kebebasan dan masyarakat madani, IM diyakini bakal mengerangkeng demokrasi. Dimulai dari referendum konstitusi yan memalsukan syariat Islam, pembangkangan yudikatif, hingga cara Kairo menangani konflik Israel –Palestina yang terlihat pro-Hamas."

Mesir terus bersitegang, penyelesaian konflik yang diharapkan dapat terselesaikan dengan bijak ternyata tidak terwujud. Negara ini kini dikuasai militer yang menyelesaikan konfik dengan kekerasan hingga negeri ini bergelimang darah. Ribuan korban luka dan ratusan penduduk yang sebagian besar pendukung Mursi menjadi korban di negeri yang dibanggakan oleh penduduknya sebagai pusat peradaban dunia.

Jakarta, 17 Agustus 2013

Dirgahayu Republik Indonesia >> Doa kami untuk negeri tercinta, dan saudara-saudara kami di Mesir.  Semoga Allah melindungi kita semua dari segala kejahatan dan kelaliman.. Jangan ada lagi pertumpahan darah.

Meita

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun