Frasa "Kalau mau terima kalau tidak ya sudah" yang sering kali muncul dalam negosiasi antara pemberi kerja dan pelamar kerja tampak, pada pandangan pertama, sebagai pernyataan yang memberi pilihan. Namun, ketika diperiksa lebih dalam, terutama dalam konteks kapitalisme, frasa ini bukanlah bentuk kebebasan, melainkan sebuah ancaman yang halus. Dalam struktur ekonomi kapitalis, pemberi kerja berada dalam posisi kekuasaan karena mereka menguasai moda produksi, sementara pelamar kerja yang sering kali dalam posisi rentan tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima tawaran yang diberikan. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana relasi kuasa yang timpang ini dihasilkan oleh sistem kapitalis, menggunakan teori Karl Marx dan perspektif kritis lainnya. Dengan berfokus pada frasa ini, kita dapat melihat bagaimana ketimpangan dalam sistem ekonomi menjadi dasar dari eksploitasi dan ancaman terselubung yang dihadapi kelas pekerja.
KEMBALI KE ARTIKEL