Dosen Pengampu: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.
Meili Ekawati, S.Pd.
Mahasiswa PPG Calon Guru UNISSULA
Setiap pribadi telah dikaruniai fitur bawaan yang berbeda-beda. Yang kemudian kita kenal namanya dengan potensi. Kabar baiknya, potensi tiap manusia juga berbeda sehingga melengkapi keragaman sosial yang makin berkembang. Begitu juga dengan peserta didik di Indonesia, lahir dan tumbuh dari pengalaman sosial dan mental yang berragam. Hal ini telah menjadikan kompetensi tiap murid berbeda tiap anaknya. Berangkat dari hal tersebut, seorang guru dapat menanggapinya sebagai tantangan sekaligus keuntungan.
Latar belakang siswa yang berragam ini juga telah melahirkan gaya belajar yang berbeda. Yang pada perkembangannya dibagi menjadi 3 diantaranya visual, auditori dan kinestetik. Dari ketiga tipe gaya belajar yang disesuaikan dengan siswa, seorang siswa akan merasa menikmati pembelajaran ketika tipe belajar sesuai dengan pembelajaran.
Meningkatkan mood intelektual siswa melalui pembelajaran berdifferensiasi dapat dilakukan dengan beberapa strategi:
1. Pahami Kebutuhan Siswa: Kenali minat, gaya belajar, dan tingkat kemampuan siswa. Ini membantu dalam merancang kegiatan yang sesuai. Dalam langkah awal menganalisis tingkat kemampuan, kesiapan, serta latar belakang siswa dapat melalui asesmen diagnostik pada awal pembelajaran.
2. Variasi Metode Pembelajaran: Gunakan berbagai metode seperti diskusi kelompok, proyek, atau pembelajaran berbasis masalah untuk menjaga keterlibatan siswa. Variasi metode pembelajaran dapat mencari sumber belajar dari berbagai platform media sosial.
3. Tantangan yang Sesuai: Berikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka. Tingkat kemampuan siswa dapat dilihat dari hasil analisis asesmen diagnostik pada awal pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, tantangan dapat disesuaikan sesuai kemampuan siswa.
4. Umpan Balik Positif: Berikan umpan balik yang konstruktif dan positif untuk mendorong siswa agar terus berusaha dan merasa dihargai. Afirmasi positif dapat berupa kalimat apresiasi atau pemberian poin nilai pada draft nilai.
5. Lingkungan yang Mendukung: Ciptakan suasana kelas yang inklusif dan aman, di mana siswa merasa bebas untuk berbagi ide dan bertanya. Untuk melahirkan sifat kritis ini dapat diawali oleh guru untuk memantik siswa supaya terpancing meluapkan ide pikirannya.
6. Integrasi Teknologi: Manfaatkan teknologi untuk membuat pembelajaran lebih menarik, seperti menggunakan aplikasi pendidikan atau platform pembelajaran interaktif.
7. Kegiatan Kolaboratif: Ajak siswa bekerja sama dalam kelompok untuk saling mendukung, berbagi pengetahuan, dan meningkatkan keterlibatan. Pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa atau latar belakang siswa. Atau mungkin opsi yang lain, siswa dapat dikelompokkan secara heterogen sehingga siswa memiliki berbagai perspektif dalam menanggapi suatu masalah.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, mood intelektual siswa dapat meningkat, membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan produktif.