Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book

Review Novel "Merantau ke Deli" Karya Achdiat Karta Mihardja

5 Juni 2023   16:54 Diperbarui: 5 Juni 2023   17:06 453 1
Merantau ke Deli adalah salah satu karya Hamka yang ditulis sebelum Perang Dunia Kedua. Selama itu, tulisan-tulisannya dimuat secara teratur di Majalah Pedoman Rakyat sejak pertengahan tahun 1939 hingga awal tahun 1940. Novel ini pertama kali diterbitkan sebagai buku pada tahun 1941  oleh Penerbit Medan Cerdas. Buku ini sangat kental  dengan nuansa melayu. Selain itu,  buku ini juga memaparkan dua adat  dan budaya nusantara yang berbeda Minang dan Jawa.



Novel ini menceritakan tentang poniem seorang perempuan Jawa, yang ketika di perantauan harus rela hidup sebagai istri simpanan dari seorang tuan tanah di perkebunan di Deli. Suatu hari poniem bertemu dengan seorang laki-laki yang berasal dari Minangkabau bernama leman, yang penuh dengan keyakinan dan optimis di tanah  perantauan, leman seorang yang royal, setia dan percaya kepada sanak familinya.

Beniu cinta mulai tumbuh leman pun mengajak poniem menikah dan pergi dari perkebunan, mulai hidup baru dan hidup berumah tangga dengan perbedaan adat, leman pun berjanji tidak akan meninggalkan poniem. Awalnya poniem ragu dan meminta untuk memikirkannya dia takut senasib dengan teman-temannya yang dinikahi hanya untuk diporoti kemudian ditinggalkan, akan tetapi poniem akhirnya menerima pinangan leman.

Mereka pun pergi meninggalkan perkebunan dan Merantau ke Deli, memulai kehidupan dan usahanya dari nol. Poniem membawa perhiasan pemberian tuan tanah merelakan perhiasan itu dijual untuk leman memulai usaha, kehidupan merekapun perlahan mulai membaik. Ketika kehidupan mulai mapan leman pun membawa poniem pulang untuk menemui keluarganya. Karena perangai poniem sangat baik, dia pun di sambut hangat dengan keluarga leman, semua terlihat baik-baik saja dan poniem pun merasa senang dia merasa memiliki keluarga.

Namun siapa sangka setelah kembalinya dari kampung, kehidupan mereka malah mengalami guncangan hebat. Sambutan hangat keluarga leman ke poniem ternyata hanya sambutan belaka, poniem yang seorang perempuan Jawa dan tidak memiliki anak namun kehadirannya tidak diterima oleh keluarga leman. Mereka memaksa leman untuk beristrikan perempuan Minangkabau dan memiliki keturunan, padahal sebelum menikah dengan poniem, leman berjanji tidak akan meninggalkan poniem.

Terlebih lagi leman banyak berhutang Budi kepada poniem, namun kenyataannya ketika lelaki sudah mapan dan ada yang tertarik padanya tentu tidak akan ditolak, apalagi perempuan itu lebih cantik dan lebih muda daripada istrinya. Poniem yang baik hati tentu mengizinkan suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan Minangkabau yang dikenalkan oleh keluarganya.

 Novel Merantau ke Deli menyatukan unsur keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan sebagai napas nilai-nilai hukum keluarga Islam, serta disampaikan dengan pendekatan sastra. Keislaman dalam novel ini tidak hanya tergambar dalam keyakinan penuh para tokoh dalam cerita, tetapi juga disampaikan melalui alur cerita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keindonesiaan disampaikan melalui pertemuan dua adat budaya (Minang dan Jawa) yang di satukan dalam ikatan pernikahan namun berujung pada perceraian akibat fanatisme adat suku budaya. Sisi kemanusiaan berupa perlakuan terhadap kaum perempuan dan para buruh. Dakwah untuk menyampaikan nilai-nilai hukum keluarga Islam tersebut dilakukan Hamka melalui metode tulisan karya sastra dengan berbagai pendekatan dan kreativitas dalam menyusun alur cerita.




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun