Seseorang memetik tangkai-tangkai kata yang berbunga. Dinaikannya mendaki tangga nada. Hingga tiba di puncak rasa. Dikawinkannya kata dan nada. Lahirlah senandung dari rahim makna.
Syair dan lagu mengumandangkan rasa. Menyuntikan makna. Memerahkan telinga tembok-tembok kuasa. Mengguncang linimasa bangsa. Rintik-rintik Kritik menghujani singgasana. Bangsa yang biasa dimanja, merasa terjajah bahasa.
Syair dan lagu disalahkan. Penciptanya dimasalahkan. Penyanyinya terancam dipenjarakan. Dia dianggap kehilangan cinta kepada bangsa. Namun kidung bersenandung mesra: "inilah caraku mencintai bangsaku dan rajaku. Kritik adalah bukti cinta!"