demikian kata Hellen Adams Keller seorang penulis, aktivis politik sekaligus akademisi berkebangsaan Amerika. Quotes terkenal Keller tersebut kira-kira dapat ditransfer ke Bahasa Indonesia sebagai, "Sendiri kita bisa berbuat begitu sedikit, bersama-sama kita bisa melakukan begitu banyak."
Ungkapan tersebut mau menyampaikan pesan bahwa, demikian pentingnya kebersamaan atau kerja bersama dibandingkan dengan kerja sendiri. Bagaimanapun, organisasi atau institusi baik negeri ataupun swasta, sekalipun punya banyak struktur dan pekerja, tetaplah punya tujuan bersama.
Namun, tak jarang ditemui struktur dan kuantitas SDM yang cukup banyak, tidak efektif, sehingga tujuan bersama tidak terwujud. Kuantitas personalia tidak mampu berbuat banyak sebagaimana ungkapan Keller di atas.
Apa penyebabnya?
Penyebabnya adalah karena personalia yang jumlahnya banyak - karena tujuan organisasi harus dikerjakan oleh banyak orang - namun personalia yang banyak itu tidak mampu bekerja sebagai sebuah tim. Yah, sebuah tim kerja, atau bahasa kerennya team work.
Lalu bagaimana membangun sebuah team work yang efektif? Hal-hal apa saja yang berpengaruh?
Dalam pengalaman saya pribadi, team work yang hebat dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:
1. Pemimpin Tim
Team work butuh pemimpin, tanpa pemimpin maka setiap anggota tim yang nota bene merupakan orang-orang dengan kapasitas sebagai pemimpin bagi diri sendiri, akan melakukan apa saja yang mau dia lakukan. Mengambil analogi dari olahraga sepak bola, maka yang terjadi tanpa kapten kesebelasan yang memimpin adalah semuanya mau mencetak gol, termasuk penjaga gawang. Tidak ada operan-operan bola ke striker, yang ada adalah aksi penguasaan bola untuk target pribadi.
Tugas seorang pemimpin tim untuk mengkonstruksi dan mengkomunikasikan visi, kebijakan dan strategi yang hendak dicapai, mengkoordinir usaha pencapaian tujuan hingga memastikan masing-masing unit melaksanakan tanggung jawab secara bersama-sama. Tupoksi boleh berbeda, namun semangat juang dan visi yang hendak dituju haruslah sama.
Pemimpin juga akan berfungsi menjadi problem solver atau memfasilitasi proses penemuan akan cara penyelesaian masalah secara bersama-sama, termasuk mengelolah konflik antar anggota.
2. Anggota tim
Anggota tim, seyogyanya menyadari posisinya dan tidak boleh menang sendiri. Ego harus dikendalikan.
Selain itu, anggota tim harus mampu membangun komunikasi yang konstruktif dengan sesama anggota dan pimpinan. Komunikasi konstruktif harus dalam konteks saling memahami karakter dan kemampuan masing-masing anggota tim.
Anggota tim yang tentu saja lebih dari 1 (satu) orang, jelas memiliki latar belakang serta kemampuan yang berbeda-beda. Namun sebagai bagian dari satu tim, perbedaan-perbedaan tersebut perlu dikelolah secara konstruktif dengan mengembangkan kesadaran kerjasama tim, dibarengi saling memahami dan pelepasan egoisme di antara sesama anggota.
Jika komunikasi dan manajemen perbedaan tidak terjadi, maka siap-siaplah menyaksikan konflik yang tak terkendali dan akan menghancurkan eksistensi team work.