Adalah engkau yang memiliki kepekatan hati, pengerasan batu. Bongkahan tanah keras dari semburan api di dalam dada. Yang besar dan tingginya melandaikan mahameru.
Terkadang luruhnya menerjang jalanan sunyi hingga gaduh ribuan jiwa; mengaduh hari-hari. Tapi syukur fasih kuperdengarkan, hingga pintu langit terbuka oleh ketukan. Ikhlasku tak berhenti meski dihujani ribuan kali.
Sebenarnya batu-batuan itu butuh air, guna menetesi. Membuat lubang belai dari ketulusan supaya bisa merasai arti berdampingan dengan hijau spora, kecil dan liar.
Nayanika, 16 Februari 2022