Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Meminimalisir Kemungkinan 'Pegawai Kecil' Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Murid

20 April 2014   00:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 87 0
Enam korban pelecehan seksual ternyata ‘ditemukan’ selain si anak yang sejak kemarin rame dibahas. Pelakunya sama:Petugas cleaning service.Para orang tua sudah bersedia untuk bersaksi.
Pelecehan seksual di sekolah bisa dilakukan siapapun:Sesama murid, guru, kepala sekolah. Tulisan ini fokus pada pelecehan seksual yang dilakukan oleh cleaning service, supir, dan profesi lain yang segolongan dengan itu.

Saya sangat sulit membayangkan di sekolah tempat saya mengajar ada supir, cleaning service,  melakukan pelecehan seksual. Di sekolah ada CCTV dan pengawasan guru terhadap murid  termasuk ketat. Namun, saya susah membayangkan petugas cleaning service  melakukan pelecehan seksual bukan karena kedua hal tersebut (adanya CCTV dan pengawasan ketat)   tapi lebih karena cara cleaning service, supir, dan gardener diperlakukan oleh murid, guru, dan staff (di sekolah, yang disebut staff adalah pegawai  non-guru).

Di sekolah, saat  berpapasan dengan cleaning service (biar singkat saya sebut aja supir, cleaning service, satpam, dll, dengan istilah ‘cleaning service’), saya pasti menegur mereka. Ini ngga hanya saya yang lakukan ya tapi guru dan staff lain juga. “Selamat siang Pak, selamat pagi Bu”, begitu kami bilang ke mereka sambil senyum. Kalo saya ngga menegur, itu berarti mereka menegur lebih dahulu, saya tinggal membalas .  Permintaan bantuan selalu diawali dengan kata ‘tolong’ dan ‘disudahi dengan ucapan ‘terima kasih’. Murid-murid pun benar-benar diajarkan untuk sopan kepada mereka. “Many are schooled, few are educated”, begitu saya bilang ke murid-murid. “Kalo kamu ngga sopan sama mereka, berarti kamu  cuma schooled, ngga educated. Kamu cuma sekolah doang tapi pendidikanmu  nol”.


Tahun lalu, beberapa guru ekspat bergantian  mengajarkan bahasa Inggris ke petugas cleaning service.  Pernah juga ada seorang  guru yang kasih flashcards  bahasa inggris dan cara bacanya (misal:Thank you-teng kyu, good morning-gut moning) kepada mereka.

Kalau di sekolah ada acara-acara dan ada makanan berlebih, maka makanan ngga dimasukkin kantong plastik hitam lalu  dibawa pulang oleh guru dan staff, ente kira pesta Batak, hahahaha. Kalo ada acara, makanan berlebih pasti diberikan kepada petugas cleaning service.

Saat krisis moneter 1998, yayasan memberikan voucher belanja  sebesar Rp.250 ribu untuk petugas cleaning service karena waktu itu harga membumbung.

Tiap tahun, selalu ada acara buka puasa bareng. Yang Muslim dan non-Muslim ngumpul bareng. Petugas cleaning service, guru, kepala sekolah, HRD, bos finance, makan sama-sama, tiap tahun, sekitar 1-2 minggu sebelum bulan puasa selesai. Mereka juga dapat parcel yang isinya sembako, sirup, teh,biskuit,dll. Duit buat beli parsel adalah sumbangan dari guru dan staff.


Kalau cleaning service ada yang kesusahan, pasti ada email dari bos atau HRD. Kumpulin sumbangan, gitu. Entah cleaning service masuk rumah  sakit, rumah roboh, anaknya meninggal. Lalu orang-  orang pada ngumpulin duit. 2 tahun yang lalu malahan murid-murid jual sembako murah dan baju layak pakai yang seluruh hasilnya diberikan kepada satpam yang terkena kanker. Waktu anak seorang  satpam meninggal, minggu lalu, bos juga datang melayat. Pernah juga ada anak  petugas kebersihan perlu diterapi karena kakinya mengalami kelainan, lalu biayanya ditanggung oleh seorang guru. Dibantunya sampe anaknya bisa jalan, loh. Lalu tahun lalu ada petugas cleaning service yang anaknya sakit, lalu anggota sekolah yang lain membelikan makan siang dan makan malam untuk keluarga yang menunggu di rumah sakit.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun