Aku berbaring di atas
single bed sembari menatap langit-langit kamar indekos. Kedua tanganku berada di bawah kepala agar meninggikan posisi bantalan. Pikiranku menerawang tentang Nisa dan Riki. Apa yang mereka lakukan sekarang? Pastinya mereka sedang berbahagia. Baru terhitung tiga puluh menit yang lalu Nisa berpamitan. Riki mengajaknya malam mingguan. Apel pertama mereka sejak baru jadian kemarin. Ada yang menyesak di dadaku. Terasa nyeri dan sakit. Riki adalah kakak tingkatku di kampus. Aku mengenalnya saat tanpa sengaja ia menabrak sepeda motorku hingga kaca spion pecah dan kerusakan ringan lainnya. Pria idola para mahasiswi itu pun bersedia bertanggung jawab. Beberapa kali bertemu di bengkel. Kami pun akhirnya menjadi akrab.
KEMBALI KE ARTIKEL