Aku baru saja selesai menyusun barang-barang bersama Si Amat-kenekku, lebih tepatnya kami sebenarnya sama saja, karena kami terkadang gantian menjadi supir. Cuma seringkali jam terbangku lebih banyak dibanding Amat. Ia hanya menggantikan jika aku lelah tak tertahan atau ngantuk berat. Aku segera mengambil posisi di belakang kemudi, disusul beberapa penumpang yang tadinya masih di luar, Â memasuki bus. Aku melirik lewat kaca, memperhatikan aktivitas mereka. Sudah duduk manis di bangkunya masing-masing. Tak lama kemudian Amat muncul dengan senyum semringah. Dia selalu begitu, selalu terlihat ceria. Sebelum Ia mengambil posisi duduk di sampingku. Dihadapkannya badannya ke arah para penumpang.
KEMBALI KE ARTIKEL