Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Rencana Hidup

15 Februari 2020   23:12 Diperbarui: 15 Februari 2020   23:15 162 4
Saya pernah membayangkan saya menderita diabetes, atau gula darah saya naik, hampir setiap pagi saya minum teh yang saya seduh sendiri diam-diam, karena saya yang keras kepala ini akan kamu marahi jika ketahuan.

Di usia saya yang sebenarnya bisa dibilang lebih dari dewasa itu, dengan sabar kamu menyayangi saya yang kekanakan dan menyebalkan,
mencuci kembali gigi palsu saya yang semakin sering copot karena memaksakan diri mengunyah kacang.
Kamu tertawa, sambil mengelus kepala saya, perlahan membaringkannya
di pahamu yang terasa tulang.

Saya mendengar dengan samar-samar:
"Terima kasih untuk semuanya."
Lalu kamu kecup baris-baris kerut di dahi saya.

"Melakukan kegiatan sederhana dengan kamu sungguh menyenangkan," kata saya.
"Saya bersedia kita menghitung jumlah uban selamanya. Atau menyusun daftar benda-benda yang ingin kita beli jika ada uang. TV tabung itu sudah layak diganti, kebaya baru akan lebih cocok untuk kulitmu yang lama dan berkedut. Kita juga bisa terus saling menjaga ingatan untuk membayar tagihan listrik dan iuran asuransi kesehatan. Atau rutinitas mengelap sepatu pantofel kesayangan yang sudah tidak lagi saya gunakan itu."

Hanya karena saya sudah mengerti rasanya berbagi, dimiliki, dan ditemukan sehingga saya ingin terus hidup dan saya ingin abadi dengan kamu.

Tetapi saya, lalu membayangkan,
saya harus tetap tiada sebagai lelaki tua yang mati karena terlalu bahagia.

Sedemikian rumit itu saya pernah membayangkan kamu ada dalam rencana masa depan hidup saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun