Pembelajaran matematika sering kali dihadapkan pada tantangan yang signifikan, baik dari segi kompleksitas materi maupun dari respon emosional siswa terhadap proses belajar. Stres akademik dan kecemasan terhadap matematika adalah fenomena yang umum ditemui, dapat menghambat performa akademik dan menurunkan motivasi belajar siswa. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kecemasan matematika tidak hanya mempengaruhi kinerja akademik tetapi juga berdampak pada kesejahteraan emosional siswa (Ashcraft & Moore, 2009). Oleh karena itu, pengembangan resiliensi menjadi kunci penting untuk membantu siswa menghadapi dan mengatasi tantangan ini. Resiliensi, sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan bangkit kembali dari kesulitan, memungkinkan siswa untuk tetap termotivasi dan percaya diri meskipun dihadapkan pada materi yang sulit.
KEMBALI KE ARTIKEL