Masyarakat intelektual agak greget, marah bahkan menghujat pada SBY saat ini, hal yang wajar ini kita syukuri karena semua bertanggung jawab terhadap jalanya republik tercinta ini. Kemarahan dan kritikan masyarakat intelektual memuncak saat terjadi bersamaan pemberian
remisi pada
koruptor bahkan ada yang
bebas termasuk besannya
A.pohan dan
pernyaataan Kader Partainya (bang Ruhut) yang mencoba mewacanakan dan sekaligus
kulonuwun dengan
SBY untuk bersedia dicalonkan kembali. Dan semakin menarik langkah A. Pohan bebas dari
LP disambut dengan pernyataan (bang Ruhut). Porsi berita menjadi berimbang bahkan lebih menarik dengan wacana bang Ruhut
(hebat). Walaupun masyarakat sakit hati dengan bebasnya para koruptor, SBY memberi kelegaan dengan memberikan pernyataan "pernyataan itu adalah pribadi dari kader partai demokrat dan
Saya sama sekali tidak berniat untuk maju lagi dan akan berhenti pada 20 oktober 2014. Sby ingin menyampaikan sekaligus memberi titik pada sebuah
polemik jadi-jadian bahwa
Undang-Undang kita sudah menggarisbawahi bahwa seorang presiden hanya dapat dipilih 2 kali. Langkah yang diberikan SBY memberikan lapang dada bagi besanya untuk bebas dan terhindar dari sorotan tajam masyarakat. Peran dari keluarga terhadap bebasnya A.pohan tidak menjadi menarik. Langkah spekulatif ini dapat terang kita saksikan pada saat buka puasa kemarin di kediaman pribadi SBY (Cikeas) bang Ruhut tidak menampakan batang hidungnya.
Ada apa ?
KEMBALI KE ARTIKEL