Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Seribu Pembaca? Wow

17 Februari 2015   21:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:01 57 1
Saya pernah terkaget-kaget ketika mendapati di Kompasiana ada satu tulisan yang dibaca oleh lebih dari empat puluh ribu pembaca. Membayangkan jumlah empat puluh ribu orang saja saya sudah pusing segimana banyaknya jika dikumpulkan dalam satu tempat. Sama dengan jumlah kapasitas tempat duduk Stadion Gelora Sriwijaya Palembang. Saya juga masih ingat jumlah mata pilih pada pilpres tahun lalu jumlah pemilih daerah pemilihan wilayahku yang terdiri dari lima Kecamatan hanya tiga puluh tujuh ribu orang, artinya masih kalah dengan orang yang membaca satu tulisan. Ini baru luar biasa. Jika dibandingkan dengan pembaca buku-buku best seller mungkin jumlah ini tidaklah terlalu fantastis, apalagi jika buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dunia, sebut misalnya Harry Potternya JK Rowling atau buku tetraloginya Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Namun jika tulisan di media online dibaca oleh puluhan ribu pembaca bagi saya pribadi tetap sebuah prestasi luar biasa.
Sejak bergabung di kompasiana beberapa bulan lalu, saya sudah dua puluh tiga kali mem publish tulisan di kompasiana, dan seluruh tulisan saya rata-rata dibaca oleh tak lebih dari seratus orang. Bagi penulis pemula seperti saya, itu tidaklah masalah, karena saya sendiri masih merasakan bahwa rasa tulisan saya belum sesedap para penulis penulis senior yang saban hari dapat mempublish satu tulisan. Prinsip One Day One Postingan telah berlaku bagi penulis-penulis sekelas Om Tjiptadinata, Opa Axeta 99, Om Daniel HT, Nararya dan masih banyak kompasianer lainnya, karena setiap saya “bisa” membuka Kompasiana pasti saya terbaca dengan tulisan mereka. Kata bisa yang saya beri tanda petik disebabkan tidak setiap saat saya bisa membaca dan coment di Kompasiana karena masalah klasik. Jaringan lelet. Terkadang bisa sampai satu minggu saya tak bisa ngenet. tapi jika jaringan sedang bersahabat cepatnya juga secepat kereta ekspress Jogja-Surabaya.
Harus seberapa menarikkah tulisan hingga mampu dibaca oleh banyak orang? Tentu harus menarik, jika tidak jangankan dibaca melirik pun orang tak sudi. Setelah membaca tulisan-tulisan yang banyak dibaca tersebut, secara pribadi saya dapat menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan yang banyak dibaca tersebut, yang pertama walaupun ini tidaklah jaminan, adalah ditulis oleh orang yang punya nama, maksudnya orang yang memang sudah terkenal, orang tentu saja akan lebih dahulu membaca tulisan Yusril Ihza Mahendra ketimbang tulisan Ahmad Ch he he. Kedua tulisan banyak dibaca karena memberikan manfaat langsung, contohnya tulisan seputar cara-cara, trik, manfaat, alasan tulisan-tulisan seperti ini banyak dibaca karena memang banyak dicari. Termasuk saya sendiri, ketika terbentur misalnya bagaimana cara mempublish tulisan di Kompasiana maka otomatis saya akan mencari tulisan terkait hal itu, tentu saja tulisan kompasianer yang terbaca. Ketiga tulisan yang bayak dibaca harus sedikit kontroversial, karena tulisan seperti ini akan membuat orang penasaran, tapi tulisan-tulisan seperti ini harus siap-siap banyak menerima kritikan dari para pembaca, juga tidak sedikit jika tulisan ini menyangkut nama seseorang akan berujung masalah.
Karena tujuan menulis untuk dibaca, adalah bohong besar jika ada penulis mengatakan bahwa tak masalah tulisan saya gak dibaca, jadi kalau menulis tidak untuk dibaca lalu buat apa? Pernah saya baca juga di Kompasiana ada Kompasianer menulis judul Kenapa kalian tak mau baca tulisan saya? ini artinya menulis itu meminta orang untuk membaca, ya kalau bisa sebanyak-banyaknya orang membaca tulisan kita.  Bagi saya pribadi tetap salut kepada penulis-penulis yang tulisannya dibaca oleh ratusan, ribuan, hingga puluhan ribu orang. suatu saat saya juga beharap dan akan selalu berusaha agar kualitas tulisan saya akan semakin baik untuk memancing seribu pembaca.
Salam Negeri Bawah Bukit

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun