Terkadang memilih sebuah topik diskusi dalam acara Rabu-an di Rumah Media, bukanlah hal yang mudah. Biasanya diskusi berawal dari Kelas Membaca Berita di hari Senin sebelumnya. Santri-santri Pesantren Media wajib mengumpulkan tugas pemantauan berita mereka, melalui media massa. Memang ada yang rajin dan ada yang kurang rajin. Tapi yang kurang rajin, akan “disapa” agar minggu depan lebih rajin lagi. Tentunya tidak enak, kalau terus menerus disapa karena tidak rajin, sehingga berikutnya akan semangat mencari.
Intinya mereka harus memilih topik penting yang akan diajukan sebagai bahan diskusi Rabu-an. Repot memang kalau masing-masing mengajukan topik berbeda sesuai seleranya. Bila demikian, maka Ustadzahnya yang akan memutuskan.
Para Kru VOI juga berhak mengajukan judul topik diskusi. Tentunya para kru yang rajin ikut diskusi. Bagi mereka yang hanya ingin mendapat hasil diskusi, tanpa hadir, usulan diletakkan di nomor yang kesekian di ujung. Yang seperti ini puluhan lipat jumlahnya.
Sebagai contoh, pernah dari Komunitas Punk Muslim mengusulkan topik diskusi persoalan yang saudara mereka hadapi. Mohon maaf saja terpaksa dinomorsekiankan dulu. Soalnya selera individu memang tidak bisa memaksa. Saya pribadi pun tak bisa memaksa. Demikian pula Ust. Umar Abdullah sebagai eksekutor. Tidak selalu berhasil memaksakan kehendaknya.
Perdebatan alot tidak jarang terjadi, hanya sekedar memutuskan sebuah topik penting. Penting yang dimaksud adalah terkait dengan persoalan umat Islam. Kehidupan umat saat ini sedang bergulir ke masa depan. Masa depan dunia yang tak hanya sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tetapi masa umat yang jauh lebih panjang lagi, hingga tiba satu masa berakhirnya dunia.
Bagi manusia, kehidupan pasca dunia sebenarnya adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Harapan bagi setiap muslim selayaknya adalah perjumpaan yang membahagiakan dengan Allah SWT, Pencipta manusia, kehidupan dan alam raya. Perspektif inilah yang mendasari setiap topik diskusi, termasuk dalam menentukan topik mana yang paling penting. Kita semua tentu menginginkan apapun yang kita lakukan hari ini akan menjadi aset pahala di masa depan.
Diskusi Rabuan kali ini memang tidak melalui perdebatan panjang seperti biasa. Tetapi memang ada keinginan pribadi saya sendiri agar mengangkat soal AS Mengubah Strategi Militer.
Ustadz Umar Abdullah awalnya kurang setuju, karena Beliau sedang tertarik soal Mobil Kiat Esemka dan konversi BBM ke BBG. Bahkan topik terakhir itulah yang menjadi perhatian pentingnya karena hal ini diprediksi akan ramai kalau jadi direalisasikan.
Sepertinya Ustadz O. Solihin pun juga berpendapat demikian. Para Santri juga barangkali kurang siap, karena merasa belum matang memahami strategi-strategi militer Negara Adidaya. Faktanya dirasa jauh dari yang mereka temui sehari-hari. Tapi mereka tidak keberatan untuk mencari bahan-bahan diskusi.
Kepada Ustadz Umar saya sampaikan bahwa soal konversi ke BBG itu sudah bisa ditebak pasti ramai. Dalam benak saya, situasinya pun sudah tergambar jelas.
Selama ini hidup kita juga sudah dihiasi oleh hiruk pikuk urusan semacam yang sebenarnya merupakan representasi dari tidak sanggupnya pemangku Negara dan sistemnya bekerja. Artinya kalaupun dikonversi, pasti tidak dalam waktu dekat. Masyarakat sudah trauma dan sangat berhati-hati pasca peristiwa Bom Elpiji 2008.
“Bagaimana kesiapan bahan?” , demikian pertanyaan Ustadz Umar yang langsung saya jawab tidak siap. Maksudnya tidak siap menjadikannya bahan diskusi.
“Apa yang sudah siap?”, lanjut Beliau yang langsung saya jawab dengan judul AS Ubah Strategi.
“Saya belum baca beritanya!”, kata Ustadz Umar lagi, yang dalam tempo sesingkatnya, segera saya letakkan beberapa lembar surat kabar terbaru.
“ Yah sudahlah kalau begitu…”, katanya pasrah membaca. Yaa sudahlah, menirukan lagunya Bondan ft Fade2Black, daripada merepotkan diri sendiri.
Sebenarnya saya pun belum bisa membayangkan jawaban akhir dari judul ini. Tapi itulah pentingnya diskusi. Kalau sudah tahu, untuk apa berdiskusi?
Saya tidak akan menggambarkan berjalannya diskusi, karena itu menjadi bagian Ustadz O. Solihin. Tetapi diskusi ini memang memberikan banyak makna. Catatan inilah yang mengisi halaman Buku Editorial, agar tidak kembali kosong setelah sebelumnya fisik saya sempat drop setelah turun dari Acara di Gunung Bunder.
Inti penting diskusi adalah, Negara Adidaya AS kini dalam kondisi yang lemah. Walaupun Menteri Pertahanan Leon Panetta berusaha menutupi, bahwa krisis bukanlah alasan mengubah stategi, tetapi Presiden Obama sudah menyatakan dirinya kewalahan dengan krisis ekonomi yang melanda AS.
Keputusan Konggres untuk memangkas anggaran Departemen Pertahanan (sekitar Rp 4,5 kuadrilyun) dalam sepuluh tahun kedepan, akhirnya memaksa AS mengeluarkan dokumen perubahan strategi militernya.
Dokumen berjudul “Mempertahankan Kepemimpinan Global AS: Prioritas Pertahanan Abad 21” yang terdiri dari delapan halaman, antara lain menyebutkan dampak pemangkasan anggaran, antara lain:
- Pengurangan jumlah pasukan darat. Dengan berakhirnya Perang Iraq dan Perang Afghanistan, AS akan menjauh dari operasi kontra-pemberontak (counter-insurgency) dan misi pendudukan jangka panjang di suatu negara. Jumlah pasukan infanteri Angkatan Darat dan Korps Marinir AS akan dikurangi. Saat ini jumlah pasukan darat AS yang masih aktif mencapai 565.000 prajurit AD dan 202.000 prajurit Marinir. Para pengamat memperkirakan jumlah pasukan darat akan dikembalikan ke masa sebelum serangan 11 September, yakni 482.000 prajurit AS dan 173.000 prajurit Marinir.
- AS akan menarik sebagian pasukan –diperkirakan satu brigade tempur AD AS berisi 3500 prajurit—yang ditempatkan di Eropa.
- Dengan perubahan ini, AS meninggalkan doktrin lama bahwa militer AS harus selalu siap menghadapi dua perang besar sekaligus. Sebagai gantinya strategi baru ini menekankan, AS masih akan mampu menghadapi satu perang besar di suatu wilayah sambil menggelar operasi pencegahan konflik di satu wilayah lainnya. Poin ini memberikan kejelasan, bahwa problem anggaran adalah factor terbesar perubahan strategi.
- Mengenai pemusatan perhatian ke kawasan Asia-Pasifik, anggaran pertahanan AS akan difokuskan untuk pengembangan dan produksi pesawat tempur, kapal perang dan persenjataan serta sistem pengintaian teknologi tinggi. Juga disebutkan bahwa AS akan mengurangi arsenal nuklirnya.