Profile laki laki-laki sebut saja namanya Indra itulah yang membuat aku memutuskan bergabung lagi dengan website perjodohan baru. Aku melihat wajah yang lembut pada profile fotonya dan tak banyak tuntutan yang dimintanya. Mudah2an kesederhanaanlah yang aku akan temukan pada Indra, begitu bisikku.
Aku mengirimkan pesan perkenalan, dan disambut baik, kemudian berlanjutlah dengan pertukaran alamat facebook dan selanjutnya kami meneruskan percakapan dalam Yahoo Messenger. Ternyata selain pengasih dan memang dekat dengan anak-anak, Indra juga adalah pencerita yang baik, sekaligus pendengar yang baik, menjadikannya kemudian seorang penulis juga yang baik.
Kami yang memiliki latar belakang pendidikan yg mirip, dan juga minat yang sama, suka mendengar dan sedikit menulis, mungkin juga kebutuhan untuk didengarkan, menjadi dekat. Saling berkomentar di facebook, menelepon dan SMS secara rutin dan aku akhirnya juga menjadi sangat produktif menulis, dan tentu saja Indara adalah komentator tetapku disana. Update foto semata dilakukan karena ingin mengetahui kondisi terakhir masing-masing. Menyenangkan. Semuanya aku jalani selama kurang lebih dua bulan, tanpa pernah sekalipun kami mengucap kata cinta dan tanpa pernah sekalipun kami bertemu.
Memasuki bulan ketiga, disaat anak bungsu Indra, anak ke emaptnya sakit dan harus dirawat dirumah sakit. Aku saat itu mencoba lebih dekat dengan meminta persetujuan Indra untuk membesuk, akan tetapi Indra menolak. Aku cukup mengerti keberatan Indra, karena dengan pemahaman atas pertemanan lawan jenis yang dia pahami, dan aku hargai, adalah tidak diperlukan pertemuan saat belum ada niat keseriusan meneruskan hubungan ini ke pernikahan yang sebenarnya. Proses taaruf adalah langkah awal yang semestinya kami sepakati dulu sebelum memutuskan bertemu. Aku mengalah. Akan tetapi ternyata aku merasa Indra agak menjaga jarak, mulai kurang dalam bertelepon dan SMS.
Sehingga pada suatu kesempatan telepon kami, aku dikejutkan pertanyaan Indra.
"Selain dengan saya dengan siapa lagi kamu biasa bertelepon..."
"Siapa..." sergahnya agak menekan...dan langsung disambung cepat
"...yang diluar kota...kota tempat kampusku...?"
Deg...
Hatiku terasa bergetar, dia menanyakan tenatang pencoleng itu. Dan aku menjawab tenang.
"Ada, iya teman"
"Teman atau teman?"...hampir yakin aku merasa, Indra tersenyum pahit...
"Kami dulu dekat...dan sekarang tidak lagi"
Tanya Indra lagi..."Trus kenapa kalo tidak lagi, kenapa sekarang masih suka bertelepon...ataupun...menerima teleponnya...?"
Aku terdiam...yang memang agak lama, sehingga kemudian Indra memotong, tidak sabar...
"Ya sudah-sudah, aku udah tau jawabannya..."
Aku menjawab, "aku juga berencana akan menceritakan ini, tapi mungkin tidak secepat ini, apalagi kita juga belum sempat bertemu..."
"Tidak perlu diceritakan, aku sudah cukup tau, aku sudah sering diceritakan kok..."
"Astaga, apa yang telah dilakukan Pencoleng itu?" Jeritku dalam hati.
"Aku bereknalan dengan dia, dan aku yakin aku juga sudah cukup tahu karakternya. Dia datang ke facebookku sebagai teman alumni SMA, menasehi dan mengajak ngobrol beberapa kali dan kemudian bergaya bercerita mulai dari gaya menasehi hingga gaya yang mempermalukan diri sendiri"
Indra tersenyum tipis, "...dan dia menyampaikan kekurangan-kekurangan kamu..."
"Sebenarnya aku tahu betul maksudnya, kemenangan buat dia adalah kita tidak berlanjut lebih serius, karena memang semata itulah kekhawatirannya...kita liat saja nanti ya..."
Telepon Indra ditutup, meninggalkan aku yang masih terbengong. Menyadari bahwa ini lah yang menyebabkan Indra menjauh.
Aku cukup yakin bahwa sang pencoleng akan beraksi dengan segala daya upaya, karena rasanya karakter gigih yang dimilikinya, membuat pencoleng mampu mencari nama siapa laki-laki yang sering berkomentar di tulisan di facebookku, walau kami tidak berteman di fb, dan kemudian juga mengirimkan SMS yang sebelumnya aku telah kirim ke Indra. SMS yang didapat dari copy record SMS lgsg dr provider selulerku. Pencoleng memiliki kemampuan untuk itu dengan memanfaatkan fungsi kerjanya.
Indra akhirnya mengalah sepenuhnya, setelah juga cukup heran setelah tahu SMS yang dia terima ternyata bisa diterima dan dibaca pencoleng. Indra adalah pemilih yang logis. Calon suami mestinya memilih istri tidak memiliki masa lalu abu abu, yang bahkan pelaku masa lalu calon istrinya pun masih membayangi. Bagaimana calon pasangan akan merasa nyaman dalam hubungan cinta rumah tangga mereka nantinya, jika saat sebelum memulai saja sudah mendapat reaksi sekitar seperti ini dari kisah masa lalu pasangannya.
" Sudahlah tahu dirilah sedikit Rose..." begitu saja bisikku pada hati ini,
"..jangan terlalu berharap, Indra mungkin bukan untukmu".
Terbaik itu memang hanya padabanyak ukuran, dan aku paham betul bahwa baiknya Indra memang bukan untukku, sebagaimana baikku juga tak disiapkan untuk Indra. Kami terbaik untuk pasangan kami selanjutnya. Itu saja yang menenangkan. Terlebih lagi, pasangan siapakah yang rela menerima " penguntit " atau "pencoleng" cinta pasangannya, padahal baru akan memulai hubungan yang serius....Rasanya tak ada, tidak juga Indra.