Dalam perbincangan Dari “Kawin” ke Religiusitas, dilanjutkan oleh seorang kawan yang lainnya. Kawan ini juga sama mabuk dalam dunia seni, namun dia yakin bahwa seorang seniman (baca: sastrawan) memiliki tanggung jawab moral dan spiritual. Seperti pandangan bahwa sastra (baca juga: seni) sebagai katarsis (penyucian jiwa) juga pandangan yang mengatakan bahwa sastra (baca juga: seni) memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan menggerakkan. Tentu saja, pendidikan merupakan sarana atas tujuan yang baik, yaitu dari gerak minus ke plus, yang mana ini dikatakan sebagai gerakan. Minus ke plus, katakan juga gerak dari kekotoran menuju kepada kebersihan merupakan nilai dari katarsis itu sendiri.