Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Noumenus (Babak 26)

14 April 2010   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 42 0
Senja merah merona membakar langit barat. Udara dingin merayap, merambati desa-desa yang tenang. Kelelawar berterbangan berputar-putar memburu makanan. Burung-burung pulang ke sarang, berteduh pada surganya sendiri setelah seharian memburu kehidupan. Kemudian, tidak ada suara lagi yang terdengar selain adzan Magrib yang saling bersahutan dalam irama yang pasti. Hartanto berdiri di pinggir desa memandang ke sawah yang mulai samar. Ia terpaku memandang masa depannya yang sebentar lagi akan dia jalani. Hidup sebagai seorang bapak dan petani. Hidup sebagai manusia dalam satu perjalanan Pelayanan. Hidup harus merdeka. Kembali ia memandangi langit yang mulai gelap. Di sana ia temui bayangan masa depannya, seorang perempuan desa yang telah menunggu dalam harapan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun