Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil yang terletak di seberang Tanjung Pinang sekitar 2 km. Pada abad ke 18 pulau ini merupakan lokasi pemerintahan Kesultanan Johor-Riau dan banyak orang yang mengatakan bahwa tak lengkap rasanya jika anda ke Tanjung Pinang tanpa mengunjungi Pulau Penyengat. Maka dari itu pada saat kesempatan saya berkunjung ke Tanjung Pinang saya sempatkan singgah terlebih dahulu di pulau ini.
Perjalanan dimulai dari rumah etek (bibi) saya di Batam Centre dengan berboncengan sepeda motor bersama Agro, adik kelas saya, kami menuju Pelabuhan Punggur. Jam 13.40 kami sampai di Pelabuhan Punggur, segera kami menuju loket pembelian tiket kapal ferry cepat ke Tanjung Pinang. Ongkos untuk dari Pelabuhan Punggur Batam ke Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang adalah Rp 40000 namun jika anda membelinya untuk pulang pergi diskon 5 ribu menjadi Rp 75000.
Hanya dibutuhkan 1 jam saja, kami s,udah sampai di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, dari pelabuhan ini kami keluar menuju pelabuhan khusus untuk ke Pulau Penyengat, dari pelabuhan ini kami harus naik perahu kecil yang masyarakat sini menyebutnya Pompong.Ongkos untuk sampai Pulau Penyengat hanya Rp 5000 saja, kalo kita membawa keluarga, kita bisa mencharter pompong tersebut dengan biaya Rp 150000 .
Alhamdulillah, keadaan laut waktu itu sedang tenang, terkadang jika sedang musim angin tidak bisa kita akses ke Penyengat. Setelah menyeberang selama 15 menit kami sampai di Dermaga Pulau Penyengat. Ketika kami sampai, dari dermaga ini terdengar lantunan ayat suci Al – qur’an dari speaker masjid Raja Sultan Riau, orang sini menyebutnya Masjid Putih Telur (yang dari sejarahnya dikatakan bahwa putih telur digunakan sebagai bahan perekat, sedangkan untuk catnya menggunakan kuning telur). Karena sudah masuk waktu ashar kami singgah ke masjid itu dan shalat ashar bersama warga dan wisatawan lainnya.
Selepas shalat, kami akan memulai menjelajahi pulau kecil dengan luas 3,5 km2 ini. Para tukang bemor (becak motor) menawari jasanya kepada kami. Untuk menyewa bemor kita cukup membayar Rp 25000 per trip mengelilingi pulau ini. Namun, waktu itu karena masih mahasiswa dengan uang pas – pasan kami tolak tawaran tersebut, jadinya kami mengelilingi pulau ini dengan jalan kaki.
Peninggalan sejarah yang kami temui setelah Masjid Raya Sultan Riau adalah Perigi Puteri/Kunci yang merupakan tempat pemandian kaum perempuan pada masa Kerajaan Johor-Riau, kami melihat sejenak dan masuk kedalamnya, didalamnya terdapat tempat duduk memanjang dan kolam berisi air.