Ya, pemahaman umum bahwa jalan pantas diambil adalah yang sesuai dengan standar umum dan ketentuan normatif. Tentu saja hal tersebut benar. Bisa jadi sebenar ketika seorang pemuda gagah ganteng bersandingkan gadis cantik molek, atau pria bangsawan menyunting wanita yang juga berdarah biru. Tidak berbeda jauh bahwa falsafah Jawa atau budaya manapun menimbang kemudian bobot bibit bebet. Hanya saja, semakin kedepan mungkin saja ukuran dan penilaian menjadi bergeser dengan berbagai kriteria lain-lain sebagai penyeimbang.
Sessi kedua setelah yang luar biasa tersebut, tentu saja adalah sedikit banyak ingin menggali tentang apa saja yang terkait dengan kenekadan itu. Sama sekali bukan untuk mengkritisi, tidak. Menurut saya pribadi, justru adalah sangat penting apabila atas kondisi-kondisi ekstrem itu mendapatkan perhatian yang lebih. Bisa jadi, hal tersebut adalah ungkapan-ungkapan koreksi dan upaya untuk menjentikkan suatu terowongan perubahan. Perubahan menuju ke arah yang lebih baik tentu saja.
Dari beberapa rekan yang memilih drop out dengan pemikiran yang waras ala pribadi, terungkap beberapa alasan. Yang pertama, merasa tidak layak. Ya, konsekuensi lulus dari sebuah pendidikan atau kawah candradimuka, bagi sebagian idealis merupakan beban berat. Beban bahwa dia harus dan tidak boleh tidak, mampu menerapkan seluruh ilmu dan wawasan yang dilambangkan dengan sertifikat atau gelarnya. Bisa jadi, kalangan ini ingin mendekati maqom para alim ulama sahabat Nabi SAW yang begitu takut akan hisab menjadi amirul mukminin. Yang kedua, ingin mendekati alternatif jalan sukses yang berbeda. Jalan sukses memang sama sekali tidak terikat erat dengan label ijasah. Sukses dan hakekat hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh ijasah. Boleh jadi, ijasah hanya satu anak kunci kecil dari ratusan atau jutaan anak kunci jalan sukses. Yang ketiga, habis motivasi. Mungkin agak perlu catatan buat yang satu ini. Perlu melakukan introspeksi mengenai masa pra, proses, sehingga klik saat keputusan untuk drop out. Memang masa belajar berakhir saat masuk liang lahat. Dan didalam fase sepanjang itu, ada masa ketika seseorang masih dalam kondisi labil. Terutama ketika mencari jatidirinya. Upaya menemukan dan menetapkan untuk apa dan untuk siapa dirinya hidup dan berusaha. Sementara sukses hanya akan terasa ketika seseorang memberikan makna sukses itu tidak hanya bagi diri melainkan lebih banyak ke sekelilingnya.
Tidak perlu mengungkap orang-orang sukses di manca negera yang mengoptimalkan POWER OF CHI sebagai akibat dari mengambil pilihan untuk drop out. Sukses memiliki banyak sudut pandang, yang kadang bisa mejadi perdebatan tanpa akhir. Dan kesuksesan orang lain tidak dapat otomatis dijadikan sebagai resep sukses bagi siapapun yang datang kemudian. Jadi tidak perlulah kita mendebat apalagi nyinyir kenapa si A atau si B seolah seperti menyia-nyiakan waktu sehingga gagal ketika di garis finish. Itu hidup dia, dan jalan masih panjang. Bisa jadi, dalam sepuluh dua puluh tahun kedepan, hidupnya jauh lebih berarti daripada kita yang lulus.
Jadi siapapun Anda, yang ter(eksplisit)-drop out dengan alasan apapun juga, saya tetap mengucapkan selamat. Jabat tangan kepada Anda tidak kurang daripada kepada mereka yang lulus. Doa dan harapan terbaik baik mereka yang lulus. Dan bagi Anda, saya khusus tambahkan doa agar Anda mendapatkan hikmah kebahagian dan kesyukuran yang besar atas keberanian menempuh jalan yang luar biasa, berbeda dari yang lain.
Sukses untuk Anda, semua!