Hal inilah yang mebuat saya ikut menentang rencana kenaikan harga BBM pada Maret lalu, karena menurut pemikiran saya tingginya harga minyak saat itu bukan disebabkan oleh tingginya permintaan, melainkan disebabkan ketegangan Politik Iran-Amerika yang berpotensi menghambat supply minyak. Ketegangan politik Iran-Amerika sesuai prediksi saya hanyalah hangat-hangat tai ayam alisa saling gertak, tidak mungkin memanas menjadi perang karena Amerika saat ini masih konsentrasi untuk menyingkirkan Suriah terlebih dahulu sebelum Iran.
Krisis ekonomi di Amerika sendiri juga belum benar2 pulih, ditambah lagi tekanan krisis dari Eropa juga berdampak sangat kuat, sehingga menimbulkan kelesuan ekonomi dan tentunya menurunkan permintaan minyak.
Saya benar2 tidak mengerti akan kepanikan Pemerintah menaikkan harga BBM, apakah orang-orang Pemerintahan begitu "bebalnya" sehingga tidak bisa berfikir lebih logis, atau hanya asal Bapak Senang, sehingga apapun yang diminta RI 1 diikuti begitu saja tanpa penah mikir.
Yang saya kuatirkan malah Pemerintah sudah tahu kalau harga minyak pasti turun, sehingga sengaja di naikkan dulu pada bulan Maret, kemudian pada waktu yang tepat diturunkan lagi ke posisi semula hanya untuk mendapat simpati publik.