Rasanya semakin menarik dan mendebarkan mengamati eskalasi situasi politik aktual pilkada DKI putaran 2. Berdasarkan update terakhir, kekuatan dua kubu pasangan Foke-Nara, Jokowi-Basuki semakin jelas hitam putihnya. Dengan merapatnya PPP, Golkar dan sebentar lagi PKS, Foke-Nara adalah badak bagi Jokowi-Basuki yang hanya ayam kampung.
Bau tengik para petualang politik haus kekuasaan pun semakin menyengat dimana PPP dan Golkar yang pada putaran 1 sesumbar menyuarakan pembaharuan untuk DKI ternyata hanya isapan jempol. Untung Alex-Nono langsung KO di putaran 1. Bayangkan bila mereka menang, jargon 3 tahun bisa yang mereka gembar-gemborkan saat kampanye pastinya tak lebih dari pepesan kosong.
Setali tiga uang dengan PPP dan Golkar, PKS watak dan karakternya sama. Berbalut sorban partai dakwah, sepak terjang para politisi PKS selalu cenderung money-backed-up-power oriented dan mengalir ke ceruk yang secara finasial menguntungkan. Artinya “Ayo Beresin Jakarta” nya HNW-Didik juga akan berujung diketiak Foke.
Sehingga kini jelas peta pertarungan dalam pilkada putaran 2 adalah antara Foke and the Gang vs Jokowi + Rakyat.
Pada awalnya memang Jokowi-Basuki didaulat oleh PDIP dan Gerinda untuk maju menjadi Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Tetapi konstelasi politik yang telah menjadi realita dari hasil putaran 1, Jokowi-Basuki menang telak 42,60%, karena didukung oleh rakyat. Sebagaimana analisa para pengamat politik, partai ternyata tidak dominan perannya dalam kemenangan Jokowi-Basuki di putaran 1.