Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Kamar Bersih, Meja Rapi, Pikiran Pun Jadi Segar...

7 April 2010   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:55 491 0
[caption id="attachment_113122" align="aligncenter" width="300" caption="Rapi memang ada baiknya. Source: www.thefurniture.com"][/caption]

Seberapa pentingkah kerapian bagi kehidupan anda? Tentu jawaban yang diperoleh dari pertanyaan macam ini sangatlah beragam. Sejumlah orang benar-benar menikmati “kekacau-balauan” – kamar berantakan, bertumpuk-tumpuk kertas di sana-sini, tanpa aturan! Namun, jangan keburu-buru menilai bahwa orang macam ini kacau balau. Don’t judge the book by its cover! Kata pepatah. Kehidupan yang tampak kacau-balau macam ini tidak serta-merta membuat orang-orang yang menjalaninya juga kacau, dan kinerjanya juga amburadul serta tidak bisa diandalkan! Sekalipun amburadul di sana-sini, orang-orang dengan gaya macam ini mampu dengan cepat menemukan sesuatu yang dibutuhkan dalam waktu yang cepat. Seakan-akan, dalam “kekacauan” itulah dia menemukan pola “keteraturan”, karena di dalam otaknya, pasti telah ada kategorisasi yang memungkinkannya membuat mapping yang jelas bagi diri mereka sendiri. Orang lain bisa jadi sangat kesulitan membaca mapping macam ini, karena memang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang.

Ekstrim lain pun tidak kurang-kurang. Ada yang menuntut kerapian mutlak. Kerapian, dan penataan ruang yang teratur adalah norma baku yang tidak boleh dilanggar sama sekali. Mau tidak mau, semoa yang dilakukan harus mengikuti prosedur yang jelas, Tiap kali selesai makan, semua tanpa terkecuali, diwajibkan untuk langsung mencuci piringnya sendiri-sendiri. Itu prosedur baku – standardized operating procedure! Kegagalan mengikuti prosedur baku akan bermuara pada omelan tanpa akhir. Apakah hal ini salah? Tidak, tidak ada yang salah dari cara menjalani hidup macam ini. Hidup dengan serba keteraturan dan kerapian memang membawa ritme yang menyenangkan bagi yang yang bersangkutan, karena ada kepastian di sana.

Persoalannya, lalu mana yang benar-benar bisa dianggap beres? Jawabannya pun sangat relative. Aku telah menjumpai beragam macam oang dengan berbagai karakteristik. Aku pernah masuk ke sebuah kamar kerja seorang petinggi perguruan tinggi yang sangat rapi, di atas mejanya hanya ada dua pena, dan satu buku catatan kecil. Namun aku juga pernah menghadap pada seorang atasan yang di atas mejanya pun bertumpuk-tumpuk kertas, sehingga seakan-akan beliau tenggelam dalam pekerjaannya tersebut. Mana yang lebih baik? Wallahualam … aku tidak bisa menilai. Bagiku, pengalaman itu membawaku untuk berefleksi. Mana yang tepat untukku? Apa yang cocok bagiku? Ternyata, semakin aku bertanya, semakin aku mendapati jawaban sederhana: kenalilah diri sendiri, mana hal-hal yang paling membantu, mana hal-hal yang paling mengganggu.

Perjalanan refleksi mengajakku untuk mengenal semakin dalam siapa diriku sebenarnya. Aku akhirnya menjumpai bahwa diriku adalah orang yang tidak bisa benar-benar mengikuti pola baku dengan tingkat kerapian yang tinggi. Aku merasa ada ruang-ruang kebebasan yang tersunat ketika harus mengikuti prosedur baku. Walaupun pada dasarnya aku tidak punya keberatan sama sekali untuk mencuci piring sesudah makan, aku tidak selalu menikmati keteraturan dan kerapian macam ini. Aku tahu, bahwa aku kadang menunda hal-hal yang menuntut kerapian macam ini. Kadang ketika bangun tidur, aku langsung tergerak untuk menyerobot pena dan kertas karena tidak mau kehilangan gagasan. Selimut aku biarkan tak terlipat. Memberi kesan bahwa aku pemalas. Aku tahu itu. Aku lebih peduli menuangkan gagasan sebelum hilang ditelan oleh gagasan-gagasan baru.

Namun, pada waktu-waktu lain, terutama ketika banyak tugas yang harus segera ditangani dan dibereskan macam ini, aku akan sangat terbantu ketika mejaku bersih. Tidak banyak buku di sana, sehingga ada ruang yang longgar di atas meja. Ketika mataku melihat ruang yang longgar itu, beban psikologis akibat kejaran bermacam tugas sedikit terangkat. Ruang longgar yang kosong di atas meja, membuat diriku bisa menarik nafas lega, dan di dalam hatiku, terbentuk semacam keyakinan: ada cukup waktu untuk melakukan tugas-tugas macam ini. Jangan khawatir, tetaplah konsisten, pastikan kamu mengecek apa saja yang mesti engkau lakukan, jangan ada yang tercecer! Itu lah suara hatiku yang tampaknya muncul setelah melihat ruang kosong yang longgar di atas meja.

Tidak pernah ada satu cara yang tepat untuk mencapai sebuah keberhasilan. Keberhasilan selalu merupakan kombinasi dari beragam hal: semangat tinggi atau daya juang, determinasi, keterampilan, pengelolaan diri, dan kepandaian mengatur pola makan.

Ini sepotong refleksi di antara kesesakan tugas-tugas yang menggunung! Semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun