Alkisah seorang siswa sekolah menengah di sebuah kota kecil di pinggiran Pulau Jawa, sebut saja namanya Si Toi. Hari senin itu dia berangkat sekolah dengan semangat, tak seperti hari biasanya yang selalu malas-malasan. Padahal tepat hari itu adalah hari pertama dia melaksanakan UN, dia terlihat tenang dan tampak bahagia. Tak seperti teman lainnya yang terlihat tegang, stress, dan paranoid berlebihan. Tak ada buku pelajaran satu pun yang ia bawa, ia terlihat sangat percaya diri menghadapi UN. Sampai sekolah pun ia dengan santainya bercengkerama tak ada kegalauan yang dia rasakan kali ini, dia bisa tertawa dengan lepas, bercanda dan bersenda-gurau. 1800dengan Si Toi, Si Darsih terlihat lebih pendiam pagi ini, tak ada raut wajah sumringah yang terpancar dari wajahnya. Darsih terlihat tegang, takut, risau akan apa yang akan dihadapinya nanti, UN sudah menjadi momok tersendiri bagi Darsih. Dia di bawah tekanan ekstra berat dalam menghadapi UN tahun ini, bagaimana tidak Darsih adalah anak yang terhitung pandai di sekolahnya. Selain itu Darsih beranggapan, bahwa dirinya bertanggung jawab penuh kepada orang tuanya akan hasil UN nanti. Maklum orang tuanya hanya buruh pabrik dengan upah mingguan yang pas-pasan.
KEMBALI KE ARTIKEL