Di dalam hutan angker yang sunyi,
Tersembunyi di antara bayang-bayang gelap yang menjijikkan,
Bunga anggrek hitam merana,
Terancam punah oleh deforestasi yang ganas.
Anggrek hitam, simbol keabadian yang pudar,
Tak lagi bercahaya di tengah kegelapan malam,
Rimbamu layu, daun-daunmu gugur,
Dihantui oleh kehancuran manusia yang rakus.
Dahulu kaulah pesona rimba yang megah,
Kini kau tenggelam dalam teror yang menyeramkan,
Bayang-bayang misterius menari-nari,
Menyanyikan lagu duka yang menyayat hati.
Pohon-pohon tua menyembah, menangis dalam keputusasaan,
Serakap mengeluh di bawah rembulan pucat,
Sementara angin malam membawa cerita horor,
Tentang bunga anggrek hitam yang hilang dalam kegelapan abadi.
Dalam gelap, terdengar jeritan-eritan angker,
Menggema di antara pepohonan yang mati,
Hutan angker menjadi saksi bisu,
Pada kehancuran yang tak terelakkan ini.
O, bunga anggrek hitam yang terkutuk,
Duka yang mendalam menyelimuti rimba,
Engkau akan terus berteriak dalam kehampaan,
Menjadi legenda tragis dalam malam yang gelap gulita.