Lanjutan Tulisan yang berjudul
Padahal, Selasa 20 Agustus 2013, Rasyid mengatakan bahwa, " ... biaya untuk tes keperawanan siswi akan dimasukkan ke dalam pengajuan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2014. Ini wacana untuk tahun depan, dan rencananya menggunakan dana APBD. Ini untuk kebaikan siswi itu sendiri, .... ”
Ko' begitu cepat ia membantah kata-katnya sendiri!? apa memang pejabat Disdik yang satu ini mengalami gejala gagal-ingatan!? Kemudian mengelak dengan jelasan lain yang sangat berbeda dengan apa yang ia sampaikan sebelumunya.
Coba kita perhatikan, hal liputan viva news di bawah ini
Menurut Rasyid, “Banyak segi yang dipertimbangkan, seperti pengaruhnya terhadap psikologi anak karena ini faktor pribadi dan manusia. Jadi tes keperawanan terhadap siswi tidak akan pernah terjadi. Tes keperawanan sesungguhnya tidak diusulkan diterapkan untuk semua siswi, melainkan hanya terhadap salah satu siswi SMA yang beberapa waktu lalu terjaring kasus perdagangan manusia.
Ketika terjaring, para siswi itu belum diperdagangkan dan berhasil diselamatkan. Namun orangtua salah seorang siswi itu, mengatakan anaknya tidak perawan lagi; ketika itu ditantang untuk melakukan tes keperawanan terhadap yang bersangkutan. Orangtuanya harus membuktikan. Kalau tidak, akan berujung pada fitnah, ... ."
Perhatikan juga ungkapan Kepala Dinas Pendidikan Kota Prabumulih HM Rasyid, “Kami tengah merencanakan ada tes keperawanan untuk siswi SMA sederajat. Dana tes itu kami ajukan untuk APBD 2014. Masalah keperawanan adalah hak asasi setiap perempuan. Tapi di sisi lain, kami berharap seluruh siswi tak terjerumus ke hal negatif. Karena itu, kami tetap mewacanakan kebijakan itu untuk digelar tahun depan, ….” (kompas.com, 19 Agustus 2013).
Jadinya, media, wartawan, reporter yang salah kutip, atau alat rekaman yang tak normal merekam, atau memang Si Rasyid yang melupakan apa-apa yang ia ucapkan sendiri!?
Dengan demikian, jika Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, membatalkan rencana Virgin Test tersebut, maka nantinya apa yang mereka lakukan sebagai jawaban terhadap kasus siswi sekolah yang berbuat mesum, bahkan diduga melakoni praktik prostitusi!?
Membiarkan atau merencanakan, melakukan, sesuatu yang bisa sebagai cara agara abg dan remaja putri tak terjerumus ke dalam hal-hal negatif, mesum, dan prostitusi, atau bahkan menjadi objek penjualan orang. Jika sekedar membatalkan, namun tanpa solusi, maka sama saja tak guna.
Mungkinkah Disdik Prabumulih memikirkan ulang hal-hal yang dulunya mampu menyibukan pelajar, siswa/i sehingga mereka tak jala-ajal di Mall setelah pulang sekolah; tidak bergerombol di jalan, dan berpotensi tawuran, dan lain sebagainya.
Disdik Prabumilih bisa hidupkan lagi kegiatan Pramuka, Ekstra Kurikuler, atau bahkan hal-hal yang berhubungan dengan Prakarya (sesuai dengan muatan yang ada pada Kurikulum 2013, Prakarya bisa menyangkut banyak pelajaran dan kegiatan belajar mengajar). Atau, Disdik Prabumulih membuat guru-guru melek Tekhnologi (terutama mengenal si perut HP pintar, bbm, note book, tablet, dll), sehingga sewaktu-waktu bisa razia dan mendapat serta menemukan simpanan anak didik mereka.
Disdik Prabumulih, lebih tahu tentang solusi yang tepat; jadi sebaiknya lakukan hal tersebut, bukan dengan cara-cara yang justru tak mendidik.