Saya sebut tokoh besar dalam dunia seni karena beliau benar-benar mampu mengaplikasikan segala ide kehidupan sehari-harinya wong cilik aka rakyat kecil kedalam seni pementasan, baik yang tayang di layar kaca sebagaimana acara "Mbangun desa" pun yang bakal dipertontonkan dalam seni pertunjukan "Teater Gandrik". Lihat saja karya beliau tahun lalu yang dipertunjukkan bersama teater gandrik dalam karya berjudul "Pandhol" Ide beliau selalu brilian, menyentuh segala lapisan sosial. Yang merasa terkritik ya sumangga, yang bisa terhibur dengan "ndagelnya" ya silahkan tertawa. Berkaca dari hal ini sungguh teramat beda kalau musti dibandingkan dengan keadaan yang ada di sekitar kita, salah satu sisi yang bisa dijadikan contoh adalah dengan para politikus pun penyelenggara negeri ini, dimana sudah cukup garing dan kalaupun ditertatawakan ya karena memang beneran lucu diluar nalar kerjaan pengurus negeri. Dimana yang seharusnya serius mengelola negeri ini justru malah ndagelnya bikin terpingkal-pingkal sampai air mata yang keluar hanya mampu menimbulkan kata "prihatin". Bagaimana penongton tak menjadi tertawa jika mereka yang semestinya memerintah justru malah beralih peran jadi "menghimbau". [caption id="attachment_122786" align="alignright" width="300" caption="Pak Bina n Denbaguse Ngarsa dalam Teater Pandhol @2010"][/caption] Acara mBangun desa pun obrolan angkring adalah acara di TVRI Jogja yang sempat dibintangi oleh almarhum Pak Bina. Sesuai judul, dalam acara itu tak ada yang bermakna serius, hanya sekedar ngobrol tentang kehidupan manusia pedesaan, namun justru dari situ banyak nilai dan manfaat yang mampu dipetik tanpa harus ngoyo mikirnya. Gotong royong membangun desa dalam suasana keakraban budaya lokal, yaaaa kearifan budaya lokal. Argumentasi Pak Bina sangat melekat di hati para pemirsa, sederhana namun tak pernah lepas dari konsep. Banyak hal yang mampu menggugah semangat pun menimbulkan riang tawa serta canda ria. Apalagi ketika Pak Bina ini tampil dengan lawan mainnya adalah Drs Susilo Nugraha aka Den Baguse Ngarsa. Terngiang benar diotak argumentasi-argumentasi Pak Bina didepan Denbaguse Ngarsa,