Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Siapa yang Santun, Dia yang Menang!

23 Mei 2010   15:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 136 0
Anas Urbaningrum akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat masa bakti 2010-2015 dalam agenda pemilihan ketum di Kongres II Partai Demokrat (PD) malam terakhir 23 Mei 2010 di Hotel Mason Pine, Kota Parahyangan, Padalarang, Jawa Barat. Anas Urbaningrum menang dengan mengantongi 280 suara (53%), Marzuki Alie mengantongi 248 suara (47%), dua suara tidak sah. (baca "Anas Akhirnya Terpilih Sebagai Ketum Demokrat") Meskipun secara pribadi politik saya netral dengan PD, saya tetap berharap Anas Urbaningrum memenangkan bursa Calon Ketua Umum PD karena saya memandang beliau adalah politikus yang amat sopan dan dapat membawa suasana tenang ketika terjadi gejolak politik.

Memang, pada beberapa minggu terakhir kita sudah tidak asing lagi dengan kabar siapa yang akan menjadi calon ketua umum partai Demokrat. Nama yang muncul saat itu adalah Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie. Ketiga calon ini (saat masa kampanye) saling mengklaim bahwa mereka yang akan menang. Hal ini tentu sah-sah saja, karena nyatanya juga punya dukungan yang dapat dikatakan hampir berimbang. Yang terlihat "banyak narsis" di TV (dengan iklan) adalah Andi Mallaraneng yang terkenal dengan simbol "AM For Demokrat". Tidak tanggung-tanggung, Andi Mallarangeng mengeluarkan sosok Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas (yang merupakan salah satu putra dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) yang terkesan mendukung Andi Mallarangeng. Isu sana sini atau gosip saat itu pun mulai berkembang, bahwa Ibas mendukung karena disokong oleh SBY, meskipun pada akhirnya secara resmi SBY mengatakan kepada pers bahwa tidak ada intervensi sedikitpun dalam pemilihan bursa calon ketua umum Partai Demokrat. Hal ini pun juga menjadi "silat lidah" yang hangat dengan adik saya mengenai siapa yang menjadi Ketua Umum PD. Begini celotehnya, "Mas, yang menang tu mesti Andi Mallarangeng, lha wong didukung anaknya SBY gitu kok!" Saya dengan santai pun menjawab, "Bisa jadi dik, tetapi entah kenapa aku tu tetep berharap banget Anas Urbaningrum tu yang menang. Wong santun banget kok!"

Namun, hasil kongres pada 23 Mei 2010 ini ternyata diluar prediksi adik saya, Andi Mallarangeng kalah pada putaran pertama. Jumlah suara untuk Andi Mallarangeng pun dapat dikatakan terlampau cukup signifikan jika dibandingkan dengan Anas dan Marzuki. Hal ini membuktikan bahwa seberapa banyak iklan dan model sebagus apapun iklannya, tidak dapat menjamin akan memenangkan seseorang dalam suatu pertandingan politik. Kepribadianlah yang akhirnya menentukan kesuksesan seseorang.

Dari sepak terjang politik yang ada, memang perlu diakui bahwa Anas Urbaningrum adalah kader Demokrat yang santun dan memiliki emotion control yang sangat baik. Hal ini sangat berbeda dengan Andi Mallarangeng yang dalam berbagai kesempatan tidak terkesan sopan dan terkadang keterlaluan dalam ketidaksopanan sikap politiknya. Saya ambil contoh saat Andi Mallarangeng dalam salah satu kampanye presiden SBY-Boediono yang menyindir Jusuf Kalla dengan berceloteh, “Orang Makassar (saat itu) belum pantas menjadi presiden”. Sontak saja hal ini mengakibatkan sekelompok orang di Makassar melakukan aksi demo yang berujung dengan kekerasan karena marah atas ucapan Andi Mallarangeng. Padahal, faktanya Andi Mallarangeng sendiri juga orang Makassar (hadeh, cape deh ^_^). Hal ini menunjukkan bahwa Andi Mallarangeng kurang dapat mengontrol emosi dengan baik. Sah-sah saja dia mendukung calon pasangan presiden dan wapres dari partainya, tapi apakah cara itu sopan?

Hal ini sangat berbeda dengan Anas Urbaningrum. Dalam berbagai kesempatan, dia tetap dapat membawa suasana tenang dalam berbagai gejolak politik. Saya ambil salah satu contoh ketika dalam rapat Paripurna voting Hak Angket Century. Saat opsi dimenangkan oleh kubu oposisi, dengan santun dia mengatakan mengucapkan selamat pada kubu oposisi atas pilihannya, walaupun hal tersebut bukan keinginan dari PD. Dia justru menambahkan semoga hal ini dapat memberi contoh pembelajaran politik yang baik bagi masyarakat. Hal ini tentu sangat berbeda dengan sikap kader PD lainnya yang menurut saya masih terlihat emosional melawan kubu oposisi.

Dari yang saya uraikan diatas ini, semoga kesantunan Anas dalam berpolitik dapat dijadikan contoh sebagai pembelajaran politik yang baik bagi kita khususnya bagi generasi muda Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun