Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Relevansi Song Osong Lombhung Santri Di Era Digitalisasi

2 Januari 2025   10:50 Diperbarui: 2 Januari 2025   11:10 48 1

Manusia adalah makhluk sosial yang mustahil baginya bisa hidup sendiri, karena yang namanya makhluq hidup itu pasti saling membutuhkan antara makhluq yang satu maupun dengan makhluq lainnya, misalnya; alam, hewan dan tumbuhan. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dengan kita hidup bersosial/bermasyarakat karena kita akan belajar bagaiamana menerapkan sikap toleransi, saling membutuhkan/bekerja sama dan segala hal yang membuat hidup kita lebih berarti, efektif dan efisien dari pada kita hidup sendirian yang pastinya hal itu tidak akan pernah membuat kita  menikmati yang namanya seni dalam hidup. Adapun salah satu ciri khas dari hidup sosial atau bermasyarakat ialah gotong royong. Dimana hal tersebut merupakan bukti adanya keselarasan antar sesama dan menjadi salah satu kekuatan yang memberikan manfaat dalam ukiran sejarah kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara terkhusus di Indonesia sendiri. Sehingga semangat kebersamaan dalam gotong royong akan membawa wajah Indonesia pada kehidupan yang rukun dan penuh kedamaian.


Masyarakat yang masih sangat kental dengan budaya gotong royong ini salah satunya adalah masyarakat Madura. Dimana masyarakat Madura dikenal dengan manusia yang memiliki karakter Blater. Adapun istilah Blater ini merupakan simbol dalam masyarakat Madura, terutama Bangkalan dan Sampang. Dan salah satu dari sifat dari sosok Blater ini ialah senang keguyuban, gotong royong dan rasa persaudaraan yang amat kuat. Dalam masyarakat Madura sendiri, istilah gotong royong ini dengan song osong lombhung. Maksudnya adalah mengerjakan suatu pekerjaan secara bersama-sama tanpa mengharap adanya imbalan atau upah. Masyarakat madura percaya bahwa song osong lombhung atau gotong royong dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan mudah. Pada awalnya, song osong lombhung ini hanya sebatas pada kegiatan yang berkaitan dengan bidang pertanian. Namun seiring dengan berjalannya waktu, song osong lombhung tidak hanya dimaknai hanya sebatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan bidang pertanian akan tetapi juga dihubungkan dengan berbagai kegiatan yang ada di tengah-tengah masyarakat atau kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan.


Awal Mula Pondok Pesantren di Madura
Selain song osong lombhung sebagai ciri khas dari masyarakat Madura, sejak dulu kala orang Madura adalah masyarakat yang dengan rasa keagamaan yang tinggi. Hal itu dapat kita lihat sejak masuknya agama Islam pada sekitar abad 15 secara gradual tepatnya di Madura bagian barat yakni Bangkalan-Sampang. Pada saat itu agama Islam tersebar dengan cepat dan merata memasuki setiap lapisan masyarakat. Terdapat beberapa bukti berupa situs makam yang berada di daerah Mlajah, disana ditemukan makam-makam kramat yang umurnya lebih tua dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Hal tersebut merupakan sebuah tanda bahwa Madura khususnya Bangakalan sebagai daya tarik bagi penyebar Islam dan pembelajar Islam. Kemudian, berlanjut pada abad 18 dan 19, Madura dapat dikatakan sebagai kiblat pendidikan dan peradaban bangsa. Adapun corak dari pendidikan Islam yang ada di Indonesia khususnya Madura, adalah pondok pesantren. Dan pada masa itu, terdapat pondok pesantren termasyhur yang berdiri dibawah asuhan Mbah Kholil sehingga menjadi tempat bagi santri-santri untuk berkelana dalam mencari ilmu. Dimana, santri-santri tersebut yang kemudian menjadi tokoh bangsa dan pendiri pesantren diberbagai daerah.


Era Digitalisasi dan Segala Permasalahannya
Memasuki perkembangan abad modernisasi dan dunia globalisasi, dimana pada masa ini menawarkan berbagai kemudahan dan kemajuan dengan segala hal yang berbasis digital. Namun, disamping itu muncul berbagai persoalan-persoalan kemanusiaan yang bilaman kita biarkan itu akan menjadi sangat mengerikan. Di Indonesia misalnya, persoalan tersebut bisa berupa; degradasi moral, kekerasan (radikalisme), hilangnya karakter bangsa seperti; toleransi, gotong royong, dan persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya. Persoalan kemanusiaan dapat dengan mudah diketahui melalui pemberitaan dalam media massa yang tiada jedanya dari kasus kekerasan yang menyangkut sara, kriminalitas serta kasus asusila yang tak kalah mengerikan. Ditambah lagi dengan ramainya pemberitaan korupsi, kolusi dan nepotisme, dimana pada abad modernisasi dan globalisasi persoalan tersebut semakin meningkat.


Relevansi Song Osong Lombhung Santri di Era Digitalisasi
Dari berbagai permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, diperlukan sebuah alternatif solusi untuk menekan dan mengurangi berbagai persoalan kemanusiaan yang terjadi, diantaranya tentu dengan melalui pendidikan terkhusus pendidikan Islam yang bercorak pesantren yang memang memiliki peran dan tanggung jawab moral dalam membentuk kepribadian/karakter umat manusia sehingga diharapkan bahwa kaum santri ini sebagai kaum intelektual muslim bisa menajalankan tugas keilmuannya dengan sepenuhnya. Dan sebagai salah satu alternatif solusi, mari kita hadirkan dan merelevansikan kembali budaya song osong lombhung dengan pemaknaan yang lebih mendalam. Artinya song osong lombhung ini jangan kita pahami secara parsial dan hanya sebatas pada kegiatan fisik sosial kemasyarakatan seperti yang telah dibahas sebelumnya, akan tetapi song osong lombhung ini kita tarik benang merahnya bahwa kita harus tulus dan sungguh-sungguh menyelesaikan setiap permasalahan kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan manusia baik lahir maupun batin secara bersama-sama. Maka kaum santri atau kaum intelektual muslim harus menguasai bidang-bidang keilmuan, karena untuk menjadi peran utama dalam sebuah peradaban, menguasai keilmuan adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Disamping itu, media digital harus berada dalam kendali kaum santri sebagai media dakwah dalam mensyiarkan Islam dan kebaikan serta mencegah kemungkaran melalui tulisan atau karya jurnalistik.


Penutup
Dari beberapa penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa kita sabagai kaum santri dan kaum intelektual muslim harus menghidupkan hati nurani dan akal sehat terhadap berbagai persoalan-persoalan kemanusiaan yang ada ditengah-tengah kita. Salah satunya dengan memaknai kembali secara mendalam dan esensial pribahasa song osong lombhung, bahwa kita harus saling bekerjasama, bergandengan tangan, untuk mensyiarkan Islam dan kebaikan. Terutama komunikasi dakwah di media digital, mengingat media digital telah menjadi sosok pendamping manusia modern. Dengan harapan bahwa segala permasalahan sebagai dampak dari modernitas ini dapat kita hadapi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun