Castillo, 2004) menyebutkan bahwa distress secara fisik akan mengakibatkan kurangnya energi dari tubuh secara persisten, kurangnya nafsu makan, sakit kepala dan lambung. Penelitian lain
menyebutkan bahwa tingginya tingkat distress, khususnya pada mahasiswa, berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi, keinginan untuk bunuh diri, pola hidup yang buruk, gangguan pola tidur, sakit kepala dan perasaan tidak berdaya.
Penyebab utama stres pada mahasiswa adalah beban kuliah yang berat, kebanyakan mahasiswa mengambil mata kuliah yang melebihi kemampuan akademis mereka. Ada juga mahasiwa mengikuti sebuah organisasi atau bekerja diluar dari kampus, dimana hal itu bisa memicu stres karena hal tersebut biasanya berbenturan dengan jadwal kuliah mereka. Didapatkan data bahwa angka kejadian stres lebih besar terjadi pada wanita (54,62%) dibandingkan pada pria (45,38%).
Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 tercatat 704.000 orang yang mengalami gangguan kejiwaan, 608.000 orang mengalami stres, dan 96.000 terdiagnosa menderita kegilaan. Terkait dengan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 3 per mil dari sekitar 32 juta penduduk di Jawa Tengah menderita kegilaan dan menderita stres. Jika dipresentasikan, maka jumlahnya mencapai sekitar 2,2 persen dari
total penduduk Jawa Tengah (Pemerintah Sosial Budaya, 2007). Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa sesuai pilihan fakultas mereka telah dilakukan pada beberapa universitas di dunia. Sementara itu, mahasiswa yang mengalami stres di Indonesia didapatkan sebesar 36,7-71,6%.
Sebagian besar mahasiswa memiliki lebih dari satu jenis stressor dengan stressor terbesar berasal dari aspek interpersonal. Sebagian besar mahasiswa memilikil lebih dari tiga jenis stressor dalam seminggu. Selain itu, ditemukan juga bahwa stress berdampak terhadap lebih dari satu aspek kehidupan mahasiswa dengan dampak terbesar terdapat pada aspek fisik. Penelitian ini cukup memberikan gambaran mengenai gambaran stress dan dampaknya pada mahasiswa. Gambaran tersebut dapat dijadikan sumber bagi pihak universitas untuk melaksanakan intervensi sebagai sarana pencegahan atau penanganan dampak dari stress.