Ini entry pertama setelah sebulan yang lalu registrasi menjadi salah satu kompasiner. Saya pun tidak punya ide atau bahan untuk tulisan kali ini. Mungkin hanya perkenalan kecil sebagai newbie atau salam perkenalan. Nama saya Maya Bella 19 tahun dan menetap di kota Denpasar, Bali. Hampir 12 tahun saya tinggal disini dan sudah banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi disekeliling saya. Semakin banyaknya hunian hotel dari mulai bintang 3-5, vila, resort, jalan tol, underpass, bahkan isu yang lagi hangat-hangatnya tentang reklamasi teluk benoa. Secara pribadi saya tidak setuju seandainya hal ini terealisasi. Bali akan menjadi tempat yang eksklusif dan lebih menonjolkan sisi luxury. Sisi baiknya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, pemasukan pastinya bertambah lebih banyak, turis domestik maupun mancanegara (kemungkinan) menempatkan Bali sebagai destinasi wisata utama dan lain-lain. Kalau buruknya, menurut saya berdampak pada lingkungan. Meskipun ada yang mengatakan reklamasi ini juga untuk mencegah tsunami tapi kalau ekosistem di sekitar teluk benoa seperti hutan mangrove, biota laut dan keanekaragaman hayati lainnya terganggu sama saja bohong. Mencegah tsunami sepertinya modus dari para investor agar pihak terkait dapat diberikan izin untuk segera mewujudkannya.
Terlepas dari pro kontra reklamasi, masih banyak yang harus lebih diperhatikan selain pembangunan di kawasan Bali Selatan yang sudah sesak dan sumpek. Lihat kawasan Bali Utara dan sekitarnya masih jarang mendapat sentuhan infrastruktur yang memadai. Masih banyak anak yang putus sekolah dan akhirnya jadi gepeng. Seharusnya konsentrasi pemerintah tertuju ke daerah tersebut serta mereka (anak-anak) yang membutuhkan pendidikan layak. Kalau terus mengalah pada investor yang hanya mengejar keuntungan semata, kapan investor mengalah pada pemerintah?. Bila perlu investor membantu program pemerintah dengan menjadi fasilitator dalam hal pembangunan merata di seluruh kawasan Bali terutama dalam perbaikan gedung sekolah atau membuat sekolah gratis bagi para anak jalanan. Dengan begitu Bali tidak hanya difokuskan pada luxury tourism tapi aspek lain yang tetap mengedepankan kesejahteraan masyarakat.
KEMBALI KE ARTIKEL