Sejarah Singkawang
Singkawang awalnya merupakan sebuah pelabuhan kecil yang menjadi tempat singgah pedagang Tionghoa yang melakukan perdagangan dengan Suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Pada awalnya, kota ini bernama Sinkawang, yang berasal dari kata dalam bahasa Tionghoa "Sin Khauw Hwang", yang berarti "Gunung Singa Emas". Nama ini diberikan oleh para pedagang Tionghoa karena bentuk bukit di daerah tersebut yang menyerupai kepala singa.
Pada masa kolonial Belanda, Singkawang menjadi pusat produksi gula kelapa dan banyak orang Tionghoa yang datang ke kota ini untuk bekerja di perkebunan. Selama masa penjajahan Jepang, Singkawang digunakan sebagai pangkalan militer Jepang dan menjadi tempat perlawanan para pejuang kemerdekaan.
Kekayaan Budaya Singkawang
Singkawang dikenal sebagai kota seribu kelenteng karena memiliki banyak kelenteng atau kuil Tionghoa. Ada lebih dari 100 kelenteng di Singkawang, yang merupakan warisan budaya dan sejarah dari komunitas Tionghoa di kota ini. Beberapa kelenteng yang terkenal di Singkawang antara lain Kelenteng Kwan Sing Bio, Vihara Tri Dharma Bumi Raya, dan Kelenteng Thay Hin Bio.
Selain kelenteng, Singkawang juga memiliki banyak tempat wisata lainnya seperti Pantai Pasir Panjang, Tugu Peringatan, dan Taman Rekreasi Ayani. Pantai Pasir Panjang terkenal dengan pasir putihnya yang halus dan air lautnya yang jernih.