Sepenggal malam mulai kunikmati tanpa kata. Entah dari mana asap mengepul sebaris jari itu mulai muncul dengan lekat. Kembali aku pada jendela. Menatap! Hampa. Ya, bisu seribu bahasa tat kala Melati masih saja bergumam akan kejadian sore ini. Bagaimana mungkin aku lupa pada perihnya kehidupan. Sosok tubuh ringkih penuh noda hitam licin dan keringat.
KEMBALI KE ARTIKEL