Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Aku Sedang Sibuk Mencari Api Bagi Pembakaran Puisi

28 Mei 2014   10:45 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:58 26 0
:ini adalah pemandangan yang indah. ucap sepasang mata yang telah sekian lama hidup dalam keadaan mengagumi dirinya sendiri setiap kali menemukan kaca atau kolam atau apa saja yang bisa memantulkan dirinya. dan tak kunjung paham apakah mata kanan suka mengeluarkan pujian terhadap mata kiri atau mata kiri suka membalas pujian kepada mata kanan. sepasang mata yang begitu takjub pada dirinya sendiri oleh karena terlalu lama tak meloncat dari rongganya dan menggelinding di lapangan
gunung arjuno. awan tipis yang menggenang di bawah dagu. kontur tanah serupa gelombang besar. dan obsesi yang diamdiam telah menyusun tepian pigura di empat sisi sebuah foto, yang mungkin seperti lukisan atau adegan sebuah film

setiap kali ku hadapi mereka aku selalu berusaha memastikan bahwa aku tidak berada didalamnya, aku bukan bagian dari mereka, aku bukan pemandangan, aku hanya salah satu bagian dari dunia yang memandang, atau aku sudah tak bisa keluar dari  jejaring halus dari tafsiran dan hayalanku sendiri . oh ada sepasang kekasih menari di tengahnya seperti pementasan yang khusyu' dan tak butuh penonton

kiranya sebuah kecantikan yang lugu membuat arjuno nyaris tak mampu melanjutkan tidurnya malam ini

rasa kantuk yang siap meletus di utara

suatu generasi yang bibirnya mengkilap dengan rongga mulut yang sentuhannya dingin dan kalimat penyimpan bau bacin seperti di tempat wisata.

di kulitku

ada lembah yang di dasarnya mengalir sungai legendaris

orangorang mulai ramai mengunjunginya untuk melakukan aktivitas arung jeram

menurut keterangan seorang muda pernah terjadi kecelakaan di sungai itu dengan tiga korban melayang akibat banjir yang datang dari hulu tidak terpantau dengan baik

ada bukit dimana pada kelandaiannya sudah di bangun gubug seperti rumah panggung

seorang pengusaha dari daerah lain telah menghabiskan dana kirakira 150 juta untuk membeli bambubambu berikut bahanbahan yang lain dan membayar pekerja selama lima bulan pengerjaan

sekarang bangunan itu telah di pindah tangankan karena pemilik pertama bangkrut nyaleg dan gagal memiliki jas, hehehe

ada sawah terasering tempat bagi jagung bawang dan tanaman sayur tumbuh atau baru di tanam

ada petani dengan motormotor pengangkut hasil bumi datang dan pergi

lebih dari dua puluh empat jam arjuno mengisi waktu dengan turunnaik-naikturun di pematang

sering ia perhatikan pancuran yang mengeluarkan air dengan debet yang tak rata satu sama lain

sesekali ia masuk ke gubug untuk membaca sesuatu atau berbaur ke tengahtengah perkumpulan

sesekali dia berwuduk di salah satu pancuran yang dia suka

ah, arjuno tampak seperti anak muda yang saleh dalam kurun lebih dari dua puluh empat jam ini

kadang dia turun ke selokan  mungkin kebelet kencing atau berak

seperti ada potonganpotongan beberapa novel yang berceceran di sekitarnya yang hendak ia tangkap

dan dia begitu yakin akan kemampuannya menumbuhkan novel dalam tulisan

ku kira di saatsaat rawan tidak terlalu baik menggenggam keyakinan dengan keras kepala

dua kali dia dibuat terkejut oleh dengung lalat yang sedang sibuk mengerumuni bangkai kulit hewan yang terdampar di tepi selokan

lalat yang di kejutkan oleh suara langkahnya di atas selokan

pada suatu sore di dekat pancuran yang berada di bawah bukit

arjuno duduk sambil memandang sederet pohon pisang di dekatnya

bagaimanakah pohon pisang selalu menghadirkan kelembaban pada tanah di bawahnya

lalu terdengar keramaian dari suatu generasi yang sedang duduk bersama dan sejak tadi membicarakan sesuatu dalam gubug di kelandaian bukit

benarkah mereka sedang bertengkar

adakah perempuan disitu

perempuan yang biasanya berlarian menyaksikan ketegangan di kulitku

bukankah beberapa tahun lalu aku berniat bikin puisi tentang kenikmatan bicara hingga membuat para pembicara tanpa terasa meledakkan bisul di pantatnya masingmasing

arjuno segera naik ke atas bukit dan berniat menawarkan diri untuk membacakan puisi di tengahtengah mereka

tapi mendadak mulut mereka hanya menganga

adakah yang mengerti puisi apakah dirinya juga sudah mengerti puisi

barangkali telah lebih dulu puisi menemukan hidupnya di berbagai anasir bendabenda dan peristiwa di sekitar sebelum kata

barangkali selama ini puisi hanyalah bayangan yang salah tentang keindahan

serupa keyakinan yang terus membenarkan dirinya dalam kabut di puncak kata pada ketinggian gunung bahasa

menjelang rembang arjuno mengajak mereka memungut sampah di sekeliling gubug lalu membakarnya

arjuno terus menjaga dan mengatur api unggun sampai seseorang mengajaknya pulang ke dalam dongeng yang lain

aku ikut menjaga api sambil terus melempar puisi ke dalam kobaran kehidupan yang lain

Malang, 27 mei 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun