Berikut adalah elemen penting dalam teori empati Hoffman:
1. **Tahap Empati Egois (Empathy as Egoistic Distress)**: Pada tahap awal perkembangan, bayi dan anak-anak kecil tidak membedakan antara perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Mereka merasakan distress (kecemasan atau ketidaknyamanan) jika mereka melihat orang lain merasa tidak nyaman. Ini merupakan bentuk empati yang lebih egois, di mana anak merasa terganggu oleh perasaan orang lain karena mereka tidak bisa membedakan perasaan diri mereka sendiri dari orang lain.
2. **Tahap Empati dengan Perspektif Sosial (Empathy as Role-Taking)**: Seiring perkembangan, anak mulai mampu memahami perspektif orang lain dan bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Mereka mulai menunjukkan empati dengan memberikan dukungan atau bantuan untuk mengurangi penderitaan orang lain. Ini menunjukkan peningkatan dalam kemampuan mereka untuk mengenali dan merespons emosi orang lain.
3. **Tahap Empati yang Kompleks dan Moral (Empathy and Moral Development)**: Pada tahap yang lebih maju, empati menjadi lebih kompleks dan dihubungkan dengan pengembangan moralitas. Anak-anak yang lebih besar mulai mengembangkan kemampuan untuk merasakan empati yang lebih mendalam terhadap orang lain, termasuk mereka yang tidak memiliki hubungan langsung dengan mereka. Empati ini mendorong anak untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral, seperti membantu orang yang membutuhkan atau memperlakukan orang lain dengan lebih adil.
Hoffman juga menekankan bahwa empati memiliki peran penting dalam perkembangan moral dan sosial seseorang. Sebagai contoh, empati dapat mendorong seseorang untuk menghindari perilaku yang merugikan orang lain dan berusaha untuk berbuat baik. Dia melihat empati sebagai bagian integral dari proses sosialisasi dan perkembangan moral.