Itu nama pemberian nenek, yang pecinta bunga. Awalnya saya akan diberi nama "Anggrek". Tapi, karena panggilan "Nggrek" kurang enak didengar, akhirnya dipilihlah nama bunga yang lain, yang unik dan agak jarang dipakai saat itu, Mawar. Mungkin, selain mengandung doa agar saya bisa mengharumkan nama keluarga, nenek dan orang tua memberi saya nama ini agar mudah diingat.
Benar saja, saat menginjak masa sekolah, saya langsung terkenal, hihihi. Semua elemen di sekolah, dari guru, seluruh siswa, sampai ibu-ibu kantin dan pak kebun, nggak ada yang nggak kenal saya. Secara, ini nama paling aneh. Heran, padahal bagus loh. Mawar kan tanda cinta, hihihi. Karena paling diingat, saya jadi punya lebih banyak kesempatan untuk menonjol di sekolah. Saya jadi sering dipanggil guru. Bukan dipanggil karena nakal lho, hehehe, tapi menjawab pertanyaan di kelas dan diajak ikut lomba. Saya jadi sangat menikmati memiliki nama ini, hehehe.
Tapi ada satu kejadian yang membuat saya ogah, benar-benar malas pakai nama itu. Waktu itu saya kelas 1 MTs. Seperti layaknya anak umur segitu, yang lagi puber-pubernya, mulai tumbuh bibit-bibit cinta di antara teman-teman sekelas [cieeh..]. Teman-teman cowo mulai melancarkan manuver-manuver PDKT ke teman cewe yang istilahnya, jadi primadona. Teman lainnya membuat gurauan-gurauan menggoda yang nadanya menjodoh-jodohkan. Kebetulan jumlah siswa cowo dan cewe seimbang, 20-20. Jadi semuanya pas. Semua kebagian satu pasangan.
Saya, yang waktu itu masih pendiam dan pemalu, ternyata tak luput dari polemik itu [cieh, polemik..hehehe]. Saya dijodohkan dengan teman bernama Anwar. Alasannya simpel: gara-gara setiap ada guru atau teman yang memanggil "War", kami menoleh bersamaan! Saking gencarnya gurauan itu, ada teman yang sampai melukis sendiri undangan pernikahan bohong-bohongan yang bertuliskan nama saya dan Anwar. Omigod, padahal dia sama sekali bukan tipe saya. Akhirnya, karena risih, saya meminta teman-teman sekelas memanggil saya dengan nama kecil saya, Firda. Dan masalah itu pun reda.
Menginjak SMA, saya kembali memperkenalkan diri sebagai Mawar. Kebetulan Anwar tidak bersekolah di sekolah yang sama, dan saya sudah memastikan, tidak ada teman cowo yang memiliki embel-embel "war" di namanya. Tapi ternyata masih digoda juga, hahahaha. Gara-garanya, banyak koran dan media yang menyebutkan nama "Mawar" sebagai nama samaran korban kekerasan.
Nama saya tiba-tiba berubah jadi panjang.
"Hoe, Mawar bukan nama sebenarnya, pe er Fisika udah kamu kerjain belum?"
"Eh, eh, Mawar bukan nama sebenarnya, kemarin di koran anu ada berita begini. Kamu beneran ngga papa kan?"
Hahahaha.
Gurauan "bukan nama sebenarnya" ini tetap berlanjut sampai saya kuliah, bahkan setelah saya lulus. Tapi kali ini, saya tidak ambil pusing. Biarlah, ini memang nama terindah yang pernah diberikan nenek dan orang tua saya. Paling tidak, nama ini membuat saya paling diingat saat reuni, dan memudahkan teman-teman lama menemukan saya di Facebook. Saya juga jadi banyak dapat teman baru yang awalnya iseng-iseng cari nama Mawar di Facebook atau Multiply. Lumayan, hehehe.
Hmm, what's in a name, anyway? Selama kita merasa bahagia dengan nama itu, that's enough for me. And I love it! Karena namaku indaah.. dan ini nama sebenarnya! Suer! hehehe.