Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Gebrakan Basi Nan Culas Akun Sahabat Anas Urbaningrum di Kompasiana Ini

22 Februari 2014   20:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 1169 28
Patut kita akui Kompasiana saat ini adalah Social Media terbesar di negeri ini. Jumlah hits pembaca yang membaca tulisan-tulisan setiap hari di kompasiana ini jumlahnya mencapai ratusan ribu orang dari berbagai kalangan, mulai dari orang-orang biasa sampai para pejabat dan petinggi di negeri ini, termasuk pula orang nomor satu di negeri ini, yaitu Presiden Republik Indonesia dan ibu negara.

Bukan hanya jumlah pembaca yang sebegitu banyaknya itu, namun kompasiana ini punya andil dan pengaruh yang kuat. Kompasiana ini bisa bikin karir seseorang melayang seketika, dan bisa bikin para pengelola negara ini kebakaran jenggot saling tuding satu sama lain.

Bahkan tulisan-tulisan para Kompasianer (penulis aktif di Kompasiana) sering dijadikan rujukan aparat keamanan dalam menuntaskan suatu kasus yang sedang hangat-hangatnya dan menjadi Trending Topics di berbagai Media Mainstream lainnya.

Tak dapat kita pungkiri lagi kuatnya pengaruh kompasiana ini yang merupakan anak kandung Kompas, media terbesar di negeri ini. Harus kita akui itu.

Salah satu contoh nyata, sehari setelah ku posting tulisan reportase beserta bukti foto, yang sempat di Highlights admin, Beginikah Cara Polantas Tilang di Jalur Busway? yang mengkritik ulah Polantas yang tilang ditengah dan ujung jalur Busway di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, keesokan harinya, semua Polantas menjaga jalur Busway sebelum masuk jalur Busway. Tak ada satu pun Polantas yang melakukan tilang ditengah dan di ujung jalur Busway.

Tumben-tumbenan bisa ada sebegitu banyaknya Polantas yang menjaga di titik-titik masuk jalur Busway dari Warung Buncit sampai Mampang Prapatan. Padahal 3 (tiga) hari sebelumnya, jumlah Polantas hanya beberapa orang saja yang melakukan tilang di tengah dan ujung jalur Busway di Mampang Prapatan itu.

Aku sampai terheran-heran, apakah Kapolri Sutarman membaca tulisan itu, lantas menegur anak buahnya supaya menjaga lalu lintas sebelum masuk jalur Busway, bukan melakukan tilang di ujung jalur Busway, tak tahu aku. Namun bagiku, ini bukan suatu kebetulan belaka, akan tetapi inilah pengaruh kuatnya menulis di komunitas ini.

Rupanya peran dan pengaruh kuat kompasiana ini pun juga disadari betul oleh para loyalis Anas Urbaningrum, para pemain watak yang menganut paham ngawurologi dan semprulisasi itu. Mereka pun datang berbondong-bondong secara siluman dari segala penjuru untuk memanfaatkan komunitas ini demi tercapainya tujuan tertentu demi kepentingan Anas Urbaningrum itu.

Jujur saja aku sudah muak dengan para akun siluman abal-abal itu, salah satunya yaitu akun Sahabat Anas Urbaningrum itu.

Ini akun coba-coba mempengaruhi alam bawah sadar para pembaca di Kompasiana ini dengan gaya tulisan yang penuh belas kasihan dan mendayu-dayu seolah-olah si Anas Urbaningrum itu adalah korban yang terzolimi oleh rezim SBY. Padahal semua orang juga tahu track record dan prestasi KPK menggulung para pecundang munafik yang mencuri uang negara dengan berbagai macam modus siluman.

Kalau anda membaca tulisan-tulisannya akun Sahabat Anas Urbaningrum yang mendayu-dayu itu untuk mendulang belas kasihan dari anda, jangan anda cepat terlena dan terbuai dari para penipu kelas tokek itu. Kenapa aku berani berkata demikian? Karena Anas Urbaningrum telah menyalahgunakan jabatannya untuk merugikan negara. Itu dulu yang harus anda pahami substansinya.

Masalah konflik internal antar loyalis Anas dan SBY, itu masalah dan urusan internal mereka, bukan urusan kita yang rakyat jelata ini. Yang bikin aku sengak, para pemain watak itu mulai melibatkan para pembaca Kompasiana dengan segala upaya tipu muslihat terselubung supaya berbalik simpati kepada Anas Urbaningrum.

Anas saat ini dalam proses penyidikan KPK, sudah masuk proses sidik, bukan lidik lagi. Tindakan Anas yang menulis di Penjara sudah barang tentu di khawatirkan akan mengganggu jalannya proses penyidikan oleh KPK. Dan pula, untuk mencegah timbulnya fitnah-fitnah yang tak bertanggungjawab dalam tulisan-tulisannya yang ditulis di penjara itu.

Jadi kalau KPK melarang Anas tak boleh menulis di penjara, itu bukan bentuk kezoliman KPK terhadap Anas. Akan tetapi untuk mencegah timbulnya fitnah yang berpotensi mengganggu proses penyidikan KPK.

Selain itu, semua orang juga tahu Anas Urbaningrum adalah tahanan koruptor, bukan tahanan Politik. Ini akun Sahabat Anas Urbaningrum dengan segala ngawur dan asbunnya bilang bahwa Anas ini adalah tahanan politik. Kalau tahanan politik, bukan berurusan dengan KPK, hanya tahanan Korupsi dan pelaku maupun penerima Gratifikasi yang berurusan dengan KPK. Logika jangan dibolak-balik, dodol.

Bagi aku aksi tipu muslihat akun Sahabat Anas Urbaningrum di kompasiana ini adalah aksi basi nan culas yang mencoba membenarkan sesuatu yang tak benar agar dipaksakan menjadi benar melalui plattform media ini.

Wahai akun Sahabat Anas Urbaningrum, kalau besok atau lusa kalian menjenguknya di penjara, sampaikan pesan Mawalu kepada Anas Urbaningrum itu, kasih tahu dia, Mawalu bilang, sekali pencuri, tetap pencuri.

Salam hormat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun