Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pagi yang Selalu Buta

19 Desember 2010   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35 56 0
Brak! Seekor kucing terlindas sepeda motor yang sedang melintas. Di tengah sebuah persimpangan jalan. Pada pagi yang selalu buta. Mungkin dia mati. Sang pengemudi motor yang sendirian mungkin tidak tahu kalau baru saja dia mengeluarkan otak dari tempatnya. Tapi, sekalipun dia tahu, mungkin dia akan tetap tidak memedulikan bangkai yang masih hangat itu. Pagi juga mungkin tidak tahu. Karena pagi itu buta. Selalu. Si kucing masih tergeletak di jalan sampai warung makan yang berjarak hanya beberapa meter darinya mulai buka. Setidaknya sudah ada lebih dari puluhan motor dan beberapa mobil yang melintasi jalan itu. Mereka hanya memandangnya dengan jijik. Beberapa dengan pandangan prihatin. Ada yang memperlambat laju kendaraannya untuk memperhatikan sejenak, bergidik, lalu lanjut pergi. Mereka yang lewat tersebut bisa jadi pejabat, tokoh agama, guru, atau mungkin pelacur. Mungkin juga anda. Sekarang, matahari sudah menjadi jingga. Si kucing juga, karena bulu kuning keemasannya telah terbalur darah yang mengering. Lalu, beberapa langkah berderap menuju ke arah si kucing. Terdengar juga bunyi logam yang diseret. “Ah! Ini dia penyebab mengapa daganganku hari ini tidak laku! Dasar pembawa sial!” Lalu si kucing disekop dan dimasukkan ke dalam kantung plastik besar yang berwarna hitam. Beberapa otaknya masih berceceran di jalan. Oleh si pemilik rumah makan, dia dibawa masuk ke dalam dan diletakkan di dekat rak. Rak itu berisi ayam goreng dan rendang. Lalu, si pemilik rumah makan masuk ke dalam pintu di sudut ruangan untuk kemudian keluar sambil menggenggam kunci. Si kucing diangkat kembali dan dibawa pergi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun