Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Tiga Rahasia dari Seorang Instruktur Menulis

25 April 2015   13:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:41 478 32

Di tengah naik turunnya semangat menulis, lagi-lagi pelarian saya adalah BUKU. Beberapa bulan sebelumnya saya sudah sangat terinspirasi dengan buku Hernowo yang berjudul Mengikat Makana Update—Membaca dan Menulis yang Memberdayakan. Setelah membaca buku ini semangat menulisku mulai bangkit, yang dibuktikan dengan berturut-turut setiap hari selama beberapa bulan saya bisa menulis satu artikel sehari. Kondisi tersebut berjalan kurang lebih hanya empat bulan saja. Setelahnya mulai melemah seiring kesibukan mengurus toko yang juga menyita banyak waktu. Meski  terkadang saya menganggap itu hanya alasan saja, yang sebenarnya bisa dikesampingkan jika semangat mengikuti komitmen lebih diutamakan.

Seperti yang saya simpulkan dari seorang instruktur menulis di AS, Natalie Goldberg, bahwa Menulis itu seperti latihan berlari, semakin sering kita melakukannya, akan semakin baik hasilnya. Sesekali mungkin kita enggan untuk berlatih, lebih memilih duduk berdiam diri saja sambil menunggu ilham dan hasrat yang dapat mendorong  untuk berlari. Saat seperti ini, kita malah takkan pernah berlari, khususnya jika tubuh tidak siap dan terus menolaknya. Akan tetapi, jika kita berlari secara teratur, kita melatih pikiran untuk mengalahkan atau mengabaikan perlawanan itu. Maka lakukan saja. Dan di tengah-tengah berlari itu kita akan menyukainya. Dan ketika tiba di akhir, kita justru tak ingin berhenti. Kalaupun berhenti, kita tak sabar menanti kesempatan berikutnya.

Dulu sekali saat anak-anak masih kecil, saya lebih banyak menulis dalam bentuk diary. Dan kalaupun harus menulis serius dalam bentuk artikel, itu karena alasan memenuhi permintaan panitia sebuah acara untuk menyertakan sebuah makalah dalam acara tersebut. Atau menulis karena memenuhi hasrat untuk eksis di dunia media cetak, dengan sesekali mengirim tulisan  kepada media cetak harian yang bersangkutan. Itulah beberapa alasan saya menulis sebelum bergabung di blog ini. Dari rentang waktu menulis tahun-tahun sebelumnya yang hanya sesekali saja, ternyata mampu melahirkan sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan saya selama beberapa tahun tersebut. Jika dicermati dengan baik, ternyata menulis yang hanya sekali-sekali saja itu pun sudah mampu melahirkan sebuah karya berupa buku yang paling tidak kelak akan ada yang mengenangnya. Dengan alasan yang berbeda-beda tentu saja.

Hampir setahun saya rajin menulis di Kompasiana ini meskipun tidak lagi sehari satu artikel, karena berbagai alasan. Namun yang pasti dorongan untuk saya berkomitmen akan rutin menulis, salah satunya karena blog ini. Semangat dan warna-warni penulis di sinilah yang selalu menyemangati saya untuk tidak berhenti menulis. Meski belakangan saya sering terganggu dengan “errorisme” yang terjadi di Kompasiana tercinta. Bahkan sambil berkelakar saya ngomong ke suami, “Inilah hebatnya blog ini, meski sering error, tapi tetap saja orang tak berputus asa untuk mempublish tulisannya, atau minimal membaca artikel-artikel teman-teman yang lain. Dan rasanya semangat pantang menyerah itu juga lama-kelamaan mulai menghinggapi saya.

Senang karena sudah memiliki tiga modal dasar ini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun