Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Belajar Lima Bahasa Kasih dari Gary Chapman

11 September 2014   07:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:02 4958 0
[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="bernasvibethewayiseeit.wordpress.com"][/caption]

Kasus 1

Isteri: “Saya bingung menghadapi sikap suami saya. Pulang kantor, rumah sudah rapi, bersih, anak-anak sudah wangi, makanan pun sudah tersaji di meja makan. Bahkan air buat mandi juga sudah tersedia. Tapi kenapa dia masih sering mengeluh saya kurang perhatian terhadapnya?”

Kasus 2

Suami: “Saya masih terus bertanya-tanya, apa yang salah dalam pernikahan kami selama ini? Saya sudah memberinya banyak hadiah termasuk perhiasan, tas-tas bermerk, dan gaun-gaun indah dari butik terkenal. Tapi dia masih kadang menuduh saya tidak lagi mencintainya.”

Kasus 3

Suami: “Isteriku sudah tidak sayang lagi kepadaku. Ia lebih sayang anak-anak daripada aku. Ia tidak pernah menyiapkan kebutuhan-kebutuhanku.”

Inilah beberapa keluhan yang mungkin pernah kita dengarkan, kita rasakan, atau bahkan mungkin pernah terjadi dalam fase kehidupan rumah tangga sebagian orang. Banyak pasangan kebingungan, bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang salah dalam pernikahan mereka?

Saya bukanlah seorang konsultan perkawinan, tapi senang berempati terhadap permasalahan orang lain. Senang membaca buku-buku psikologi, dan berbagi pengetahuan dari hasil bacaan tersebut. Salah satu pengetahuan dari hasil bacaan saya adalah masalah relasi. Dan relasi yang menarik untuk dicermati adalah relasi suami-isteri, yang juga bermanfaat untuk dipraktekkan pada anak-anak.

Pada dasarnya contoh kasus-kasus seperti di atas, adalah bukti dan wujud kasih sayang pasangan yang satu kepada pasangan yang lainnya. Hanya kurang efektif karena diberikan pada karakter yang tidak tepat. Hal ini dibahas oleh Dr. Gary Chapman dalam bukunya The Five Love Languages: How to express Heartfelt Commitment to Your Mate.

Menurutnya ada 5 bahasa kasih yang perlu orang ketahui jika ingin hubungannya dengan pasangan atau dengan anak-anak menjadi langgeng:

  1. Kata-kata pendukung
  2. Saat-saat berkesan
  3. Hadiah-hadiah
  4. Pelayanan
  5. Sentuhan fisik

Suami yang bahasa kasihnya adalah saat-saat berkesan, biasanya tetap akan merasa kurang disayangi oleh isterinya meski sang isteri sudah bela-belain mempersiapkan segala perlengkapannya (memberikan bahasa kasih: pelayanan). Sesuai dengan bahasa kasih suami yakni saat-saat berkesan, maka ia jauh akan lebih senang jika sepulang ke rumah, isterinya justru duduk di sampingnya, mendengarkan cerita-cerita dan keluhannya, tak peduli rumah berantakan.

Sementara contoh kasus isteri yang sudah dilimpahi banyak hadiah, merasa sang suami belum sepenuhnya menyayangi dia. Karena bahasa kasih si isteri ternyata adalah sentuhan fisik. Dimana justru yang ia butuhkan adalah kedekatan fisik dengan suami, senang jika menerima lebih banyak sentuhan atau belaian daripada hadiah-hadiah.

Dan pada kasus ke 3, ternyata si suami memiliki bahasa kasih pelayanan. Jika ia kurang mendapatkan ini, maka ia akan merasa tidak disayangi oleh si isteri. Keinginan suami, pada saat ia pulang dari kantor, segala kebutuhannya sudah tersedia, bukannya malah sibuk dengan pekerjaan yang lain.

Tulisan ini hanyalah salah satu bahan pertimbangan di luar konteks agama mana pun. Karena masing-masing agama tentu punya aturan-aturan sendiri yang membahas masalah hubungan antar suami- isteri, relasi dengan anak-anak atau pihak-pihak yang lainnya.

Namun, jika ingin meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan atau dengan anak-anak, maka ada baiknya jika kita memahami apa yang menjadi bahasa kasih diri kita dan pasangan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun