Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Festival Film Indonesia 2014 Terancam Batal!

17 September 2014   18:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26 167 1
Setelah melewati pertengahan tahun, biasanya di Gedung Film di Jl. MT Haryono Kav.47 – 48 Jakarta sudah terpasang baliho besar Festival Film Indonesia (FFI), yang berisi agenda kegiatan insan film itu, termasuk di dalamnya tempat dan tanggal Acara Puncak kegiatan akan berlangsung.

Saat ini bulan September sudah lewat dari separuh. Tetapi tidak ada sepotong pun baliho atau spanduk yang menginformasikan penyelenggaraan FFI tahun 2014 akan berlangsung. Suasana di Gedung Film pun seperti biasa: masih sepi dari akativitas, selain aktivitas rutin di karyawan Direktorat Film Kementerian Parekraf; aktivitas di Lembaga Sensor Film (LSF); atau aktivitas kecil lainnya di Sekretariat Nasional Kine Klub (Senakki) dan Diklat Kemendikbud di Lantai 3.

Ruang bekas kafe film yang beberapa kali dijadikan sekretariat FFI juga sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat ke luar – masuk, tapi hanya sekedar ngobrol. Ruang itu telah disekat-sekat menjadi ruang-ruang kecil. “Sekarang tempat ini dijadikan kantor BPI (Badan Perfilman Indonesia),” kata se jurnalis di Media Center Gedung Film. Ada tiga orang yang sedang ngobrol di situ.

Ketika ditanya sejauh mana kegiatan FFI tahun ini, jurnalis tersebut pun mengaku tidak tahu menahu. Padahal dia selama ini diketahui cukup intens mengikuti kegiatan di Gedung Film. “Sampai sejauh ini sih belum ada kegiatan apa-apa,” katanya.

Suasana yang terlihat di Gedung Film memang menimbulkan tanda tanya: apakah penyelenggaraan FFI yang sudah terlaksana secara rutin sejak kebangkitannya kembali tahun 2004 akan berjalan tahun ini? Bila melihat waktu yang semakin sempit, banyak yang pesimis penyenggaraan FFI tahun ini akan berjalan dengan baik. Karena FFI adalah sebuah kegiatan yang membutuhkan rangkaian panjang sebelum masuk ke acara utama, pemberian Piala Citra.

Penyelenggara FFI tahun ini adalah Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang diketuai oleh actor Alex Komang. Badan Perfilman Indonesia atau disingkat BPI adalah sebuah badan perfilman yang dibentuk masyarakat perfilman dengan mendapatkan fasilitasi dari negara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman.

BPI lahir pada tanggal 17 Januari 2014, melalui sebuah Musyawarah Besar (Mubes) Pembentukan Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang berlangsung 15-17 Januari 2014, yang diselenggarakan di Jakarta, tepatnya di Hotel Balairung, Jalan Matraman No.19, Jakarta Pusat.

Selain Alex Komang, nama-nama lain yang duduk sebagai pengurus adalah Gatot Brajamusti (Parfi), Edwin Nazir (Asosiasi Produser Film Indonesia), Kemala Atmojo (Ikatan Alumni FFTV IKJ), Embie C Noer (Kedai Film Nusantara), Roby Ertanto (Penulis Indonesia untuk Layar Lebar), Anggi Fransisca (Sinematografer Indonesia), Rully Sofyan (Asosiasi Industri Rekaman Video Indonesia), dan Gerson Ayawaila (Komunikatif).

Pada FFI yang sudah-sudah, biasanya dibentuk Panitia Pelaksana yang terdiri dari para profesional, dibantu oleh staf baik yang diangkat oleh Panpel sendiri maupun yang didrop dari Kementerian.Penyelenggara tidak terlibat langsung secara teknis.

Selain ada Panitia Penyelenggara (Panra) dan Panitia Pelaksana (Panra), pihak lain yang terlibat dalam FFI adalah event organizer (EO), yang merupakan perusahaan pemenang tender untuk menyelenggarakan FFI. Tugas EO lebih kepada pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan. Karena FFI menggunakan anggaran pemerintah, maka penyelenggaraanya harus melalui tender.

Tender di kementerian untuk kegiatan FFI memang selalu mepet dengan kegiatan pelaksanaan. Untuk meringankan beban Panpel, biasanya pemerintah bersama Panra mengambil inisiatif, menggandeng pihak ketiga yang bersedia meminjamkan dananya (bridging) untuk membiayai aktivitas kepanitiaan.

Tahun 2014 ini hal-hal semacam itu nampaknya tidak dilakukan. Sementara Panra (BPI) sepertinya hanya menunggu pemenang tender, yang saat ini baru akan dilaksanakan. Konon pagu untuk FFI yang tercantum dalam tender sebesar Rp.13 milyar!

Sikap menunggu itu memang sangat riskan, mengingat banyak rangkaian kegiatan yang harus dilakukan setiap FFI berlangsung. Mulai dari penerimaan pendaftaran peserta, proses seleksi film hingga penjurian untuk menentukan pemenang. Selain itu, koordinasi dengan pihak tuan rumah – dalam beberapa tahun terakhir Acara Puncak FFI diadakan di daerah-daerah – agar kegiatan di daerah dapat berlangsung dengan baik.

Namun lepas dari semuanya, ada satu hal yang sangat mengancam kelangsungan FFI 2014 ini, yakni pendaftaran film-film untuk menjadi peserta. Berkembang rumor, FFI 2014 ini akan minim peserta, karena Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) tidak akan mengirimkan film-filmnya. PPFI yang merupakan organisasi film beranggotakan produser aktif, sama sekali tidak dilibatkan dalam BPI. Jika anggota PPFI tidak mengikutsertakan filmnya, sama saja artinya penyelenggaraan FFI 2014 ini gagal.

Rumor itu bisa saja menjadi kenyataan. Dalam sejarahnya FFI memang tak lepas dari rongrongan boikot-memboikot. Tahun 90-an, Gabungan Artis Nusantara (yang dimotori oleh Sys NS, Roy Marten, Camelia Malik, dll), “memboikot” FFI yang diselenggarakan oleh Panitia Tetap (Pantap) FFI yang diketauai oleh HM Johan Tjasmadi.

Di tahun 2000-an, giliran Mira Lesmana Cs yang tergabung dalam Masyarakat Film Indonesia (MFI) memboikot FFI, dengan tidak mengikutsertakan karya-karya mereka. Mira CS bahkan pernah mengembalikan Piala Citra yang mereka raih. (herman wijaya/hw16661@yahoo.com)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun