Delapan belas tahun lalu, saya berada dalam Balairung Universitas Indonesia ini. Posisi saya berada di atas, di tribun. Mengenakan kemeja dan celana putih dilapis jaket kuning. Masih polos dan lugu serta penuh semangat. Memandang ke arah mereka yang duduk di bawah, yang berjubah hitam dan bertopi aneh. Mereka yang tak lama lagi dipanggil sarjana. Saya dan semua yang di atas tribun ini menyanyi untuk mereka. Setelah beberapa hari sebelumnya dilatih oleh seorang pria mungil berkumis bersemangat dan pada hari itu memimpin bernyanyi. Kami pun bernyanyi dengan semangat disertai segumpal harapan dan tanya, mungkinkah kami kelak ada di bawah dan dinyanyikan oleh mereka yang berjaket kuning?