Mengacu pada hasil survey itu, seyogyanya masyarakat Indonesia akan menjalankan syariat Islam dengan baik dan benar. Baik itu dari segi ibadah magdhoh (yang berhubungan dengan ibadah kepada Tuhan, seperti Sholat, Zakat, Puasa dll), maupun ibadah ghoiru magdhoh atau yang lazim disebut sebagai ibadah sosial yang berhubungan dengan manusia serta mahluk Tuhan yang lainnya.
Akan tetapi, hasil survey tersebut kemudian dibandingkan dengan kondisi Indonesia sekarang. Dimana tingkat korupsi di Indonesia yang masih merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dan tentunya para pejabat Indonesia itu juga sebagian besar adalah pemeluk Islam dan mempercayai bahwa Islam adalah agama yang memberikan keselamatan baik di dunia maupun diakhirat. Lantas kenapa percaya terhadap Agama-nya tinggi, namun tingkat korupsinya juga tinggi...?
Saya menilai bahwa sebenarnya para koruptor itu bukanlah bagian dari orang yang tidak ta'at beribadah, dan juga bukan bagian dari orang yang tidak mempercayai agama mereka sebagai suatu ajaran yang membawa keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Mereka-mereka itu adalah manusia-manusia yang dianugerahi kepintaran dan juga keta'atan dalam menjalankan ajaran agamanya. Mereka rajin sholat, rajin berpuasa apalagi shodaqoh pasti mereka memiliki tingkat ke-rajinan untuk bershodaqoh dalam jumlah yang besar.
Tanpa ber-su'udhon terhadap ibadah-ibadah mereka, tapi yang jelas seluruh ibadah yang diperintahkan dalam Islam itu memiliki dampak sosial yang baik. Sholat contohnya, Allah SWT menyebutkan bahwasanya Inna sholaata tanha 'anil fahsyaa'i wal munkar, Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Demikian juga dengan puasa, sudah mafum kalau puasa sangat berhubungan dengan kepekaan tiap manusia dengan kondisi sosial disekitarnya. Dengan puasa sesorang bisa merasakan warga fakir dan miskin yang serba kekurangan dalam hal makanan, puasa juga melatih untuk selalu bersikap sabar serta masih banyak manfaat sosial dari puasa. sedangkan shodaqoh sudah pasti dapat meringankan beban kaum fakir, miskin, anak yatim dan para mustadl'afiin yang dalam keseharian terbelit dalam berbagai kesulitan-kesulitan.
Bagaimana implikasi ibadah para koruptor itu? sholat mereka...? Dalam Al-qur'an disebutkan bahwa (fawaylul lil musholliin aldziinahum an-sholaatihim sahuunn) celakalah bagi orang yang sholat, namun mereka lalai dalam sholat mereka, yang artinya sholat tidak berdampak apa-apa bagi orang yang melakukan, nauzubillah. bagaimana dengan puasa mereka ? sama puasa mereka tidak berdampak apa-apa bagi dirinya juga lingkungan sosialnya, sebagaimana disebutkan oleh Nabi kam min shooimin laysa lahu min siyamihii illal juu'i wal athos. Banyak orang yang berpuasa itu yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, nauzubillah. Bagaimana dengan shodaqoh mereka, shodaqoh mereka syarat akan kepentingan dan pamrih. kalau ada maunya saja mereka mengeluarkan shodaqoh kalau tidak ada kepentingan maka mereka tidak bershodaqoh, dan ini adalah bagian dari riya'.
Naudzubillah, mungkin demikianlah prilaku para koruptor itu sehingga ibadah mereka tidak berdampak kebaikan sosial, terlebih mereka menganggap bahwa persoalan peribadatan selesai pada tingkat itu. Dengan demikian mereka sudah merasa dekat dengan Tuhan, dan menganggap Tuhan akan dengan mudah mengampuni kesalahan-kesalahan mereka, walaupun itu adalah korupsi yang merupakan kejahatan, kekejian serta kedloliman yang luar biasa yang dilakukan oleh seorang pejabat negara terhadap rakyatnya sendiri.
Semoga kita dapat menjaga diri kita dari perbuatan keji korupsi ini, dan masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang teraniaya.