Semar dalam dunia pewayangan adalah manusia setengah dewa penjelmaan Sang Hyang Ismaya. Semar sendiri berasal dari kata
tan samar, artinya tidak tertutupi oleh tabir.
Terang trawaca cetha tur wela-wela sangat jelas tanpa terselubungi sesuatu. Semar adalah sosok yang nyata dan tidak nyata. Ada dalam tiada, tiada tetapi ada. Keberadaannya memang dimaksudkan untuk menjaga ketentraman di muka bumi (
memayu hayuning bawana) dan ketentraman antar sesama umat manusia (
memayu hayuning sasama)
. Sebagai
titah atau makhluk Semar mengemban amanat untuk
ngawula (mengabdi) berupa dharma atau amalan baik kepada
bendara alias juragan bin majikan, juga kepada bangsa dan negara. Ini dibuktikan ketika Jonggring Saloka kayangan para dewa bergejolak, maka Semar turun tangan lewat
Semar Mbangun Kayangan (Semar membangun Kayangan). Begitu muncul ketidakadilan dan ketidakbenaran sistem, maka Semar pun tergerak dalam
Semar Gugat (Semar Menggugat), dan masih banyak lagi.
KEMBALI KE ARTIKEL